Lihat ke Halaman Asli

Juli Nugroho

Brand-Marketing-Service Excellence Professional.

Kerja Lembur, Siapa Takut !

Diperbarui: 5 Januari 2022   00:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

stock unlimited

Di tengah kompetisi yang makin tajam, kondisi perekonomian yang tidak menentu, perusahaan atau bisnis menuntut kontribusi, kinerja dan prestasi yang lebih tinggi dari para karyawannya.  Karyawan yang baik tentunya akan berusaha untuk dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh perusahaan tempatnya bekerja.

Sebagian besar dari kita menanggapi tuntutan di tempat kerja dengan menambah jam kerja yang lebih lama, yang sesungguhnya hal ini dalam jangka panjang dapat mejadi boomerang yang akan mempengaruhi Kesehatan fisik, mental, dan  emosional. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi dampak lain yang justru akan mempengaruhi penurunan produktifitas dan hal lainnya seperti : menurunnya tingkat keterlibatan (engagement), peningkatan tingkat gangguan kesehatan, tingkat turnover yang tinggi, serta mungkin akan mengakibatkan terjadinya lonjakan biaya pengobatan karyawan.

Bekerja dalam jam yang lebih lama di kantor akan sangat tidak efektif jika energi para karyawan telah terkuras habis.  Beberapa tahun lalu bahkan ada seorang copywriter di sebuah perusahaan periklanan Indonesia yang meninggal dunia karena kelelahan bekerja hingga 30 jam. Kasus serupa juga ditemukan di berbagai belahan dunia lainnya.

Jam kerja yang panjang ini sebenarnya dapat disikapi dengan mengetahui hal hal apa yang dapat menguras energi serta bagaimana cara melakukan pembaruan energi dari pekerja tersebut. Waktu adalah sumber daya yang terbatas, tetapi energi setiap orang dapat diperbarui, hal inilah yang dikatakan oleh : Tony Schwartz and Catherine McCarthy dalam artikelnya di Harvard Business Review.

Menurut mereka,  energi personal seseorang terbentuk atas 4 dimensi yaitu :

  • Body/fisik (Physical energy),
  • The Emotion/emosi (Quality of energy),
  • Mental/mind (Focus of  energy) dan
  • Human spirit/spiritual energy (Energy of meaning and purpose).

Karena itu sudah seharusnya kita memperhatikan ke 4 dimensi ini dengan sebaik baiknya

Dimensi energi  fisik dipengaruhi oleh kecukupan nutrisi, olahraga, waktu tidur, dan istirahat. Berkurangnya energi fisik akan mempengaruhi tingkat energi dasar yang sedikit banyak juga akan mempengaruhi kemampuan untuk mengelola emosi serta kemampuan untuk tetap focus/ konsentrasi. Untuk mepertahankan energi fisik diperlukan pola hidup sehat, seperti makan sarapan, makan makanan sehat dan waktu tidur yang cukup. Disaat  bekerja pun energi fisik dapat dipulihkan melalui jeda istirahat panjang ataupun jeda istirahat selama beberapa menit atau  juga melakukan snacking setiap 30 -- 1 jam sekali. Mendengarkan musik atau bercakap cakap dengan rekan kerja juga disarankan untuk mengatasi kelelahan fisik ini.

Kualitas energi seseorang sangat bergantung pada kemampuan seseorang memegang kendali emosinya. Kita juga sadar bahwa kita cenderung dapat melakukan hal terbaik ketika merasakan energi positif dan juga merasakan hal sebaliknya saat muncul emosi negatif.  Tanpa waktu istirahat sulit bagi kita untuk mempertahankan emosi positif kita untuk waktu yang lama. Kelelahan fisiologis akan menyebabkan kita menjadi sangat reaktif dan sulit berpikir secara rasional. Satu ritual sederhana dapat dilakukan untuk meminimalisir enegi negative, yaitu melalui pernafasan perut selama 5-6 detik. 

Selain itu, hal lain untuk membangkitkan energi emosi positif adalah dengan melakukan apresiasi kepada orang lain dan mengubah self talk tentang diri kita dengan bahasa yang lebih positif dan berdaya.

Dimensi mental kita akan bekerja secara baik jika kita melakukan pekerjaan secara focus. Dengan kata lain, Semakin banyak kita melakukan berbagai pekerjaan dalam waktu yang bersamaan atau multitasking, maka akan semakin besar energi mental kita yang terbuang. Karenanya, bekerja secara focus dengan melakukan satu pekerjaan dalam satu rentang waktu tertentu sangatlah disarankan. Beberapa praktisi bahkan menyarankan untuk menjauhkan telepon selular saat kita melakukan pekerjaan yang memerlukan konsentrasi tinggi.

Melakukan pekerjaan secara sistematis dengan mendahulukan pekerjaan pekerjaan yang penting- mendesak ketimbang melakukan pekerjaan secara acak juga merupakan hal untuk memobilisasi enegi mental kita secara lebih baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline