Selama ini saya sering mendengar kata RPTRA yang merupakan singkatan dari Ruang Publik Terbuka Ramah Anak dari kawan kawan aktifis penggiat kegiatan social. Dari apa yang mereka ceritakan serta dari apa yang saya browsing did dunia maya, memang RPTRA sepertinya memberikan banyak manfaat bagi warga sekitar.
Waktu berlalu dan saya juga telah lupa mengenai RPTRA. Sampai suatu ketika saya diminta untuk menjadi salah satu juri lomba dalam rangkaian kegiatan Hari Anak Jakarta Membaca (HANJABA) yang kebetulan diadakan di salah satu RPTRA di kawasan Jakarta Timur. Pada kesempatan ini akhirnya saya dapat melihat dan merasakan apa itu RPTRA secara nyata, bukan dari kata orang atau kata mbah Google.
Nah mau tahu apa yang terjadi ?
Kesan pertama sangat menggoda! Betapa tidak, meskipun berada didaerah permukiman padat, namun RPTRA dikawasan Cipinang Besar Utara ini memiliki area yang cukup luas. Selain itu juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas permainan anak anak, perpustakaan , lapangan futsal, pepohonan dan taman yang terawat dengan baik serta bangunan serbaguna dan panggung atraksi yang bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk berbagai kegiatan.
Kekaguman saya tidak berhenti disitu, konon biaya pembangunan dan pengadaan RPTRA ini dilakukan atas bantuan pihak swasta, baik pembangunan gedung maupun pengadaan fasilitas. Sebagai seorang praktisi marketing, saya melihat RPTRA ini merupakan “lahan” yang sangat bagus untuk mempromosikan suatu brand. Apa yang saya rasakan , sepertinya juga dirasakan oleh para marketer dari KALBE, sehingga mereka melakukan branding secara apik terhadap lokasi ini.
Disaat perang pemasaran makin menggila dan biaya pemasaran makin mahal, melakukan branding di suatu area semacam RPTRA ini memang dibutuhkan. Apalagi tempat ini semacam local community centre, dimana warga dari berbagai usia bisa melakukan berbagai kegiatan untuk mengisi waktu luangnya, seperti membaca buku di perpustakaan, kegiatan belajar informal, bermain hingga berolahraga. Dengan melakukan branding disini, artinya bukan hanya dapat menciptakan brand awareness semata, tetapi juga bisa menciptakan brand engagement dengan masyarakat sekitar. Masyarakat akan lebih mengenal produk sponsor dan berinteraksi dengan brand brand tersebut setiap hari, sehingga ada peluang yang cukup besar menjadikan komunitas di wilayah ini menjadi brand loyalist dari sponsor.
Saya melihat di salah satu tiang terpampang jadwal penggunaan lapangan futsal oleh setiap RW yang berada di wilayah kelurahan tersebut. Hal ini cukup menyejukkan, karena jadwal ini menunjukkan bahwa musyawarah masih hidup di dalam jiwa bangsa kita.
Ada satu hal lainnya yang juga membuat saya kagum, yaitu adanya peran serta kaum perempuan dalam kegiatan ekonomi produktif. Sepertinya ada satu hal yang lupa saya sampaikan di awal. Did area RPTRA ini juga terdapat sebuah ruang yang dijadikan kios yang bukan hanya menjual makanan dan minuman ringan semata, tetapi juga menjual barang barang kerajinan hasil karya dari para warga disekitar. Barang barang yang dijual juga ada yang mempromosikan budaya Jakarta. Seperti miniatur tugu monas serta pajangan kepala ondel ondel yang terbuat dari bahan fiber. Jadi RPTRA ini juga memiliki peran sebagai motor penggerak ekonomi usaha mikro did wilayah tersebut.
Keterlibatan warga sekitar dalam pengelolaan fasilitas pemerintah ini juga mengingatkan saya pada bahan kuliah Community Organizing dan Community Development (CO/CD) yang saya terima belasan tahun yang lalu saat menjadi mahasiswa did FISIP UI. Intinya, agar suatu program dapat berjalan dengan baik dan berekesinambungan memerlukan peran serta aktif masyarakat sekitar. Peran aktif ini dapat terwujud hanya apabila timbul rasa memiliki terhadap hal hal tersebut. Apa yang saya saksikan di RPTRA Cipinang Besar Utara ini, membuat saya berani menyimpulkan bahwa sepertinya pemerintah daerah sudah berhasil menerapkan prinsip CO/CD tersebut dalam RPTRA ini. Semoga keterlibatan aktif masyarakat dalam pengelolaan fasilitas ini dapat terus berlanjut selamanya, bukan hanya di awal awal tahun berdirinya fasilitas ini saja.
Apa yang dilakukan oleh pemimpin Jakarta ini dapat dijadikan contoh bagi kepala daerah lainnya di Indonesia, untuk membangun fasilitas serupa yang memang dibutuhkan masyarakat. RPTRA ini memperlihatkan bahwa pemerintah bisa menggandeng swasta dan melibatkan masyarakat dalam melaksanakan program programnya. Ayo Bangun Indonesia bersama sama ! (coach juli nugroho - empowerment coach)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H