Lihat ke Halaman Asli

Coach Hamid

CEO Jong Digital Preneur

Invasi Starlink, Akankah mengguncang industri internet indonesia ?

Diperbarui: 22 Mei 2024   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Invasi Starlink: Akankah Mengguncang Industri Internet Indonesia ?

Saat ini, mungkin Anda sedang menikmati secangkir kopi sambil bersenda gurau bermain catur di warung pinggir jalan, atau tersenyum sendiri saat menonton video di YouTube dan TikTok. Tanpa disadari, para eksekutif perusahaan penyedia layanan data yang mendukung aktivitas digital Anda sedang mengalami malam-malam tanpa tidur, dipenuhi kecemasan yang tak kunjung reda. Mereka adalah para petinggi perusahaan jaringan seluler seperti Telkomsel, XL Axiata, Indosat, serta penyedia layanan internet seperti Biznet, Telkom, dan First Media. Dua kata yang membuat mereka panas dingin adalah: "Starlink" dan "Elon Musk".

Bayangkan situasi mereka: Elon Musk, dengan ambisi luar biasanya, sedang gencar meluncurkan ribuan satelit yang mengorbit sangat rendah. Hingga saat ini, sumber menyebutkan bahwa lebih dari 13 ribu satelit telah diluncurkan ke orbit setinggi 500 km di atas kepala kita, dengan rencana penambahan hingga mencapai 24 ribu satelit. Tujuannya sederhana namun revolusioner: menyediakan layanan internet cepat dan murah bagi setiap penduduk bumi, di mana pun mereka berada—baik di tengah laut, di tengah hutan, bahkan di kutub utara.
Mari kita bandingkan dengan layanan internet yang ada saat ini. Indibiz, misalnya, menawarkan paket unlimited yang cukup populer dengan harga sekitar 650 ribu rupiah per bulan untuk kecepatan 100 Mbps. Sementara itu, Starlink menetapkan harga sekitar 750 ribu rupiah per bulan untuk kecepatan 300 Mbps. Perbedaan ini tidak hanya mencolok, tetapi juga menawarkan kecepatan yang fantastis.

Proses pemesanan layanan Starlink pun sangat mudah. Cukup akses situs resmi mereka, dan Anda bisa memesan perangkatnya dengan mudah, sama seperti Anda membeli baju bayi di Shopee atau Lazada. Setelah perangkat diantar oleh JNE atau DHL, cukup letakkan di tempat terbuka, tancapkan kabelnya, colokkan ke stop kontak, dan tara... Anda langsung terhubung dengan internet.

Perlahan namun pasti, masyarakat akan mulai beralih ke Starlink, meninggalkan perusahaan penyedia internet konvensional yang mengandalkan kabel fiber optic atau menara Base Transceiver Station (BTS). Tidak akan ada lagi kabel-kabel rumit atau menara-menara besi menjulang yang merusak pemandangan di sepanjang jalan. Kabel-kabel fiber optic bawah laut dengan diameter sebesar drum, yang nilainya mencapai ratusan triliun rupiah, terancam kehilangan peranannya dan menjadi tidak lebih dari peninggalan sejarah.

Lebih parah lagi, jika nanti ponsel pintar mampu langsung menangkap sinyal dari satelit, ini bisa menjadi kiamat bagi semua perusahaan seluler dan penyedia layanan internet konvensional. Hal ini sangat mungkin terjadi, mengingat puluhan ribu satelit yang diluncurkan Elon Musk terbang cukup rendah dibandingkan satelit lainnya. Sementara satelit konvensional terbang pada ketinggian 30 hingga 40 ribu km, satelit Starlink hanya berada pada ketinggian 500 km, membuka peluang terciptanya teknologi penangkap sinyal satelit yang bisa disisipkan di ponsel.

Ada negara yang menolak menggunakan satelit Elon Musk dengan alasan keamanan, seperti Rusia dan Tiongkok. Mereka khawatir data-data penting negara bisa bocor ke tangan Elon Musk. Sebagai tanggapan, Rusia dan Tiongkok bahkan mulai mengikuti jejak bos SpaceX dan Tesla ini, menerbangkan satelit yang bisa terbang rendah.

Indonesia mungkin tidak tertarik untuk mengikuti jejak tersebut, mungkin merasa tidak memiliki data rahasia yang perlu dikhawatirkan bocor. Namun, pertanyaan besarnya adalah: bagaimana nasib perusahaan-perusahaan penyedia layanan internet dan seluler konvensional di Indonesia dalam menghadapi era baru yang digagas oleh Elon Musk? Apakah mereka akan mampu beradaptasi atau justru tersingkir dalam pertempuran teknologi yang semakin canggih ini?

Jawaban atas pertanyaan ini akan menentukan arah masa depan industri internet dan telekomunikasi di Indonesia. Yang jelas, satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah perubahan sedang terjadi, dan itu akan mengubah cara kita terhubung dengan dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline