Dewantara - Lencioni, when East Leadership meets West Teamwork
Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani.
Lama sebelum banyak teori kepemimpinan modern diperkenalkan ke bumi Indonesia melalui buku-buku manajemen modern dan masuknya perusahaan-perusahaan multi nasional. Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, sudah memperkenalkan dan meletakkan dasar dalam kepemimpinan terutama di dunia kependidikan yang berakar dari budaya Jawa. Pendirian Perguruan Taman Siswa dengan motto Tut Wuri Handayani merupakan suatu momen sejarah yang secara jelas menyatakan hal tersebut. Secara utuh ungkapan kepemimpinan tersebut berbunyi seperti yg terbaca di awal tulisan ini. Saya menyebutnya sebagai Leadership Triangle Ki Hajar Dewantoro. Segitiga Kepemimpinan Ki Hajar Dewantoro.
Banyak sekali gaya kepemimpinan yg dibicarakan dalam buku-buku modern tentang leadership. Diantaranya ada yang disebut authoritative leadership, participative leadership atau supportive leadership, leadership type 1 sampai 5, dan masih banyak lagi. Mengapa leadership banyak dibahas? Apa maksud leadership? Apa pentingnya leadership? Bila boleh saya simpulkan dalam 1 kalimat, leadership bisa dikatakan sebagai peran untuk memastikan bahwa organisasi berjalan sesuai tujuannya dan bagian-bagian atau orang-orang di dalamnya melakukan apa yang menjadi kewajiban masing-masing agar mesin organisasi berjalan lancar mendukung ke arah tujuan tersebut. Jadi, tanpa leadership yang kuat tujuan suatu organisasi sangatlah sulit tercapai.
Mesin organisasi bisa berjalan lancar bila proses kerja dalam organisasi tersebut juga lancar. Untuk memastikan kelancaran suatu proses kerja maka fungsi dari masing-masing bagian, baik secara individual ataupun sebagai teamwork harus juga berjalan secara lancar.
Patrick Lencioni dalam bukunya 5 Dysfunction of Team menulis tentang 5 hal yang menyebabkan suatu team tidak bekerja. 5 hal tersebut adalah trust, conflict, commitment, team accountability dan berujung pada result.
Leadership triangle Ki Hajar Dewantara bisa membingkai 5 hal tersebut agar tim bisa berfungsi sebagaimana mestinya, dalam hal membangun kepercayaan, mengelola konflik, meletakkan komitmen, pertanggungjawaban dan akhirnya memiliki perhatian atas result yang dikehendaki.
Pertama-tama pahami dulu tentang Ing Ngarso Sung Tulodo. Yang didepan memberi contoh baik/teladan. Seorang pemimpin tidak cukup hanya memberi perintah dan arahan, tapi ia juga harus memimpin dengan teladan perbuatan yang bisa dicontoh oleh orang-orang di bawah kepemimpinannya.
Setelah menentukan arah dan tujuan, to directing, ia juga harus memimpin, to leads. Memimpin dalam arti mengajak seluruh unsur organisasi bergerak ke arah yang dituju.
Cara yang paling efektif untuk melakukan hal tersebut adalah dengan menunjukkan caranya, memberi contoh dan keteladanan agar semua unsur melihat bagaimana hal tersebut dilakukan. Dia harus walk the talk. Melakukan sendiri apa yang dia ucapkan dan perintahkan. Jarkoni, bisa mengajarkan dan melakoni.
Kedua, ing madyo mangun karso. Ditengah membangun kemauan, semangat, motivasi. Seorang pemimpin harus bisa membangun motivasi orang-orang di organisasinya. Membangun semangat bukan dengan sekedar memberi rewards and punishments, tapi memberi inspirasi dari dalam. Mengembangkan potensi orang-orang dan membangkitkannya guna mencapai hasil terbaik. Sangat berhubungan erat dengan ungkapan no.1, menginspirasi dengan memberi teladan, dan pasti tak lepas dari ungkapan ketiga.
Tut wuri handayani, dibelakang memberi dukungan. Tidak membiarkan orang-orang yang dipimpinnya kebingungan dalam bertindak dan mengambil keputusan karena tidak adanya support dari sang leader. Pemimpin seperti ini bukan tipe yang lepas tangan terhadap permasalahan bawahannya. Yang berkata 'pokoknya harus terlaksana' tanpa melihat permasalah yang dihadapi bawahan dan membantu menemukan jalan keluar yg terbaik. Pemimpin ideal dalam falsafah ini adalah pemimpin yang meng-ayomi. directive sekaligus participative dan supportive leader. Inspire Leader secara keseluruhan.
Bagaimana tipe pemimpin ini bisa membangun tim yang kuat? Karena dia menempatkan diri sebagai teladan. Dia orang utama yang bisa dipercaya/trust oleh semua orang dalam organisasinya. Dipercaya bisa bertindak fair, tidak bias, obyektif dan proporsional. Dengan sikap itu, maka seluruh tim dan pemimpin di bawahnya akan bertindak dan bersikap serupa yang pada akhirnya seluruh anggota tim-tim dalam organisasi akan punya trust yang tinggi baik ke sesama, ke atasan dan ke organisasi. Kedua, tentang konflik. Kepercayaan yg tinggi antara anggota tim akan menimbulkan dinamika kelompok yang positif. Mereka tidak takut berkonflik yang konstruktif, mengeluarkan ide, mengeluarkan kritik (dan saran) dan tidak memendam pemikiran lalu bicara di belakang. Mereka tahu bahwa tidak ada anggota tim yang akan menusuk/mengambil manfaat dari belakang, karena sang pemimpin akan menjaga agar tidak terjadi hal demikian. Pengakuan akan kontribusi pribadi dan kontribusi tim akan jelas dan seimbang. Ketiga soal komitmen. Pemimpin tipe ini akan memberikan komitmennya terlebih dahulu sebelum meminta komitmen anggota organisasi. Komitmen dalam bentuk perbuatan, inspirasi, semangat dan support/dukungan dari manajemen. Dengan sendirinya anggota tim akan memberi komitmen yang sama. Lebih baik lagi, karena pengawasan komitmen dan dukungan bisa dilakukan oleh sesama anggota tim dengan kesadaran tinggi. Dengan kondisi tersebut maka akuntabilitas sebagai unsur keempat suatu tim dan anggota-anggotanya bisa lebih mudah dilihat dan dipertanggungjawabkan. Penilaian akuntabilitas sudah menjadi bagian otomatis dari kinerja tim tersebut. Dengan trust yang tinggi, dinamika konflik yang positif, komitmen yang kuat dan akuntabilitas yang jelas, maka seluruh tim akan memiliki perhatian yang besar terhadap hasil yang ingin dicapai dan bergerak bersama-sama untuk mencapainya.
Dengan kata lain tim percaya akan di support pemimpinnya, tim yakin akan pendampingan pemimpinnya, tim melihat contoh nyata yang diberikan pemimpinnya.
Ki Hajar Dewantara telah menetapkan standar yang tinggi bagi pendidikan dan kepemimpinan di negeri ini. Tinggal kita para pewaris negeri ini yang melanjutkan dan menggali lebih banyak budaya lokal untuk mendapatkan kearifan asli yang tetap relevan di masa ini dan masa datang serta bersinergi dengan pemikiran positif lain dari Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H