Mengenal diri sendiri dan karakter
Anak perempuan harus belajar mencintai dan menghargai diri mereka sendiri bukan menjadi anak perempuan lain dan hanya menyenangkan orang lain tapi yang paling utama adalah kebanggaan mereka sendiri.
Dengan demikian, mereka belajar dan fokus akan kekuatan sendiri daripada kelemahan. Sebab setiap anak perempuan terlahir kreatif, menjadi kreatif termasuk menjadi sendiri. Jika mereka terhempas oleh sistem pendidikan yang keliru hanya sekedar mengikuti pasar dan tren dan menjadi orang lain mereka tidak lagi menjadi kreatif.
Memberikan hak kepada anak perempuan, tidak menghambat kreativitasnya sesuai kodrat alamiahnya, contoh, jika ada anak perempuan tidak memiliki kemampuan matematika yang baik tapi memiliki kemampuan menggambar maka harus didukung, diarahkan, dan dikembangkan bukan dimatikan.
Mendidik anak dengan santai, humor, tidak tegang tapi mengena. Memberikan ruang bercerita dan berpendapat, mereka terbiasa untuk berbicara, tapi juga menghargai ketika ada orang berbicara.
Mendidik berpikir kritis, agar tidak mudah menelan mentah-mentah informasi yang diterima dan tidak mudah dibodohi orang lain.
Orangtua membimbing dan memberikan anak kemandirian berpikir dan bertindak atas apa yang dilakukan punya konsekuensi dan tanggung jawab. Terbiasa melakukan sendiri sehingga memiliki tanggung jawab sendiri dari yang paling dasar supaya belajar untuk gagal bukan hanya sukses.
Masa emas anak adalah menjadi manusia seutuhnya lewat eksplorasi mengenal diri dan sekitar tanpa harus dijejali materi akademis yang kaku dan monoton.
Memberikan pengetahuan sesuai usia dan perkembangan anak layaknya anak bukan menjejali anak dengan pengajaran dan doktrin yang rumit namun tanpa makna yang pada akhirnya menghakimi sesama mereka, pengajaran materi yang menyenangkan, supaya jangan sampai kehilangan masa anak-anak agar menjadi dewasa yang bahagia, kreatif, berpikir kritis.
Ada masanya anak akan mendalami ilmu yang rumit, karena masa anak adalah bermain dan bereksplorasi belum mendalami tekstual serius seperti orang dewasa.
Bentuk pendidikan karakter, seperti perilaku dan sopan santun, menyayangi alam dan ciptaan Tuhan dan terbiasa dengan kata permisi, tolong, dan terimakasih, belajar menghargai orangtua dan orang lain merupakan cermin nilai ketuhanan tidak harus selalu dengan materi hafalan yang rumit seperti mesin.