Lihat ke Halaman Asli

Citra Melati

Guru bahasa inggris dan pemerhati pendidikan dan sosial.

Merdeka dalam Belajar (Esai Kritik dan Saran Sistem Pendidikan Selama Pandemi) Bagian 3

Diperbarui: 1 Februari 2021   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto oleh citra melati

Tiap-tiap rumah jadi perguruan!

Tiap-tiap orang jadi pengajar!

Dengan atau tanpa ordonansi!

-Ki Hadjar Dewantara-

Kebutuhan dan potensi anak di sekolah berbeda beda, hal ini mungkin yang bisa digali lebih dalam oleh guru sekolah untuk mengenali keragaman anak, menciptakan tugas sesuai kondisi dan potensi anak, yang mungkin bisa diciptakan oleh guru penggerak. 

Setiap anak memiliki kecerdasan intelektual masing masing, dimana kelebihan anak dijadikan penilaian guru. Apa yang dilakukan anak di rumah, kegiatan yang disukai seperti menyanyi, menggambar, bertanam, dsb., tetapi kelebihan mereka bukan untuk dibuat kompetisi dengan anak lain tapi untuk peningkatan kepada diri sendiri dan bisa diarahkan untuk menciptakan kolaborasi antara murid satu dengan yang lainnya. 

Alternatif tugas bisa berbentuk proyek yang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan anak. Proyek bukan sekedar tugas tekstual seperti mengisi jawaban seperti, menjawab dan mengisi soal berlembar-lembar, seperti “ jawablah pertanyaan ini dengan benar", tapi lebih ke arah membawa anak ke dunia yang lebih luas dimana proyek yang dilakukan melibatkan kemampuan kognitif (pengetahuan), psikomotorik (gerak), dan spiritual (hati dan pikiran). Seperti, orang-orang yang sukses berkat proyek tugas kuliahnya, seperti Mark Zuckerberg lewat aplikasi facebook dan Andrew Darwis pendiri Kaskus. 

Proyek tentu membutuhkan rentang waktu agak lama dikarenakan menggunakan kemampuan berpikirnya dan bertindaknya. Proyek bisa memakan waktu 1 semester atau 1 bulan bergantung kondisi anak. Dibutuhkan kemandirian, daya kritis, dan proses dengan dipantau dan dibimbing oleh guru serta didampingi oleh orang tua dengan ada kerjasama antara kedua belah pihak.

Salah satu contoh proyek adalah menanam satu jenis tanaman. Secara tidak langsung anak belajar mengenal nama tanaman, mengamati pertumbuhannya, merawatnya, dan sekaligus belajar berbagai ilmu pengetahuan yaitu mengenal ciptaan Tuhan, mengenal warna dan jumlah, belajar bersosialisasi dengan penjual, dsb. Jadi, satu proyek bisa dibagi di berbagai mata pelajaran seperti agama, matematika, bahasa, ilmu pengetahuan. Tugas tersebut bisa diterapkan dalam satu tugas dan penilaian, jadi tidak selalu tiap mata pelajaran memberikan tugas sendiri dan berbeda-beda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline