Kuaggap angin lalu saat kau mengayunkan langkah dihadapanku Sekedar berlalu, Seperti tak menyadari keberadaan Melewati relung hati yang pada saat itu membatu dan meragu Dan melupakan bahwa ada satu hati Yang menunggu, Yang merana, Yang nelangsa, Yang berharap... Maafkan aku belahan jiwaku Aku tahu betapa mahal kesalahan yang harus aku bayarkan Betapa sepinya riangku sekarang Betapa rindunya panca indraku akan ragamu Betapa kosongnya ruang jiwaku tanpa nyawamu Dan betapa jenuhnya pencarianku Tanpamu... Tanpamu... Tanpamu... Dengan bodoh aku terlambat kusadari saat ini Bahwa betapa kehilangan aku saat aku memang benar-benar kehilanganmu "Sesuatu" yang dulu aku anggap biasa Yang dulu aku anggap layak dan sepantasnya aku terima Yang dulu aku kira dapat dengan mudah kutemui Yang dulu terkalahkan oleh naifnya usia Yang dulu tersisihkan oleh keegoisan semata Kini berubah menjadi "segalanya" dalam hidupku "Segalanya"yang sekarang menjadi mewah bagi hatiku Yang sekarang tak mungkin dicicipi lagi oleh panca indraku Yang sekarang dengan susah payah harus kuperjuangkan Yang sekarang dengan beku hati harus kucari lagi... Tak bisa kuputar waktu,manisku Tak bisa... Hanya untaian maaf tanpa nada Yang bisa kunyanyikan saat ini Dihadapanmu.... Ditelingamu.... Semoga terdengar oleh hatimu Doaku selalu untukmu Kini, Bahagiamu adalah hartaku Tertanda, Orang bodoh di dunia Seonggok daging tanpa jiwa, Sekeping hati tanpa cinta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H