Apa yang terpikirkan di benak anda saat mendengar kata2 ini : halte,busway,jalur pedestrian, hal yang pertama terpikirkan oleh orang-orang yang jarang atau belum pernah mencobanya pasti adalah sebuah kendaraan umum yang menghubungkan kota dan dipakai oleh biasanya siswa ,mahasiswa dan pegawai kantoran yang tidak punya kendaraan pribadi. Pikiran pertama orang-orang yang sudah biasa atau sering mengunakan sarana umum seperti busway adalah padat,sumpek,ngantri,membuang waktu. Pada kenyataan nya memang benar apa yang dipikirkan oleh orang yang sering menaiki busway,sesuai faktanya orang-orang ke halte dan menunggu busway berjam-jam demi pulang . Sambil menunggu yang hanya bisa kita lakukan adalah diam,meamasang headset,bermain sosmed, atau melihat layar jam tunggu busway yang tak kunjung berkurang menitnya.
Saya pribadi adalah pengguna busway ,karena saya malas membawa kendaraan pribadi dengan harapan dapat mendapat kenyamanan yang lebih.Grogol 2 adalah halte yang paling sering saya kunjungi. Pada waktu sekitaran jam 9-11 pada pagi hari ,jujur di saat itu saya dapat merasakan seperti apa mendapatkan kenyamanan dan akomodasi yang seharusny diberikan . Sangat bertolak belakang pada saat waktu sudah mulai diatas jam 12-5 ,ya benar suasana yang nyaman dan enak itu berubah drastis menjadi suasana yang persis dikatakan oleh Viktor E Frankl seorang mantan tahanan kamp yang kejam yang di deskripsikan nya secara jelas pada bukuya yang berjudul "MANS SEACRH FOR MEANING". Sumpek,tidak ada aturan, dimana semua sifat egois manusia mulai keluar, orang tua yang harusny mendapat bangku prioritas menjadi setara dengan anak2 muda yang tak tahu sistem.
KENAPA?jika pertanyaanya kenapa ini bisa terjadi saya akan memberikan pandangan saya,tetapi jika pertanyaanya kenapa hal ini masih dibiarkan terjadi ,saya tak bisa menjawabnya. Pengalaman terburuk saya ada saat di halte kelapa gading (depan mall artha gading) ratusan orang yang habis berkerja memenuhi halte yang tidak terlalu besar,saya saat itu ingin pulang ke arah kota.Dengan tak tahu arah saya pun secara tidak sadar dikarenakan kelalaian saya dan suasana yang sumpek ,saya kelewatan bus saya dan saya diharus kan menunggu 40 menit lagi, GILA itu yang saya ucapkan. Pengalaman selanjut nya ada disaat saya di halte penjaringan,mengantre untuk ke arah tj priok di keadaan berdesakan saya sudah menggu busway ssaya selama kurang lebih 30 mnt , dan ada 2 busway yang saat itu datangnya selisih 2 menit. Setibanya busway pertama itu setengah dari keramaian mulai berkurang , dengan orang sekitaran 25-40 orang tersisah ,kami menunggu bus kedua.Bus kedua pun sampai dengan menurunkan penumpang sebelumnya dan langsung melesat melewati kami yang sudah menunggu lama,hanya bisa tertawa sinis dan menunggu bus yg lain selama 30mnt lagi.
Kemacetan sudah pasti tak terhindar lagi ,jakarta sudah kehilangan rasa kepercayaan dan krisis kenyamanan untuk kendaraan umum seperti busway dan lebih rela untuk menaiki ojek online walau harganya bisa sampai 2-3 kali lipat harga busway, bahkan membeli kendaraan pribadi lagi untuk anak-anaknya yang bersekolah karena keterlambatan untuk menaiki busway bisa di konfirmasi sekitar 70%(kira-kira). Dari opini saya yang singkat ini saya ingin menyimpulkan bahwa tak usah heran lagi jakarta macet jika angkutan umum yang di idamkan pemerintah sebagai sarana utama transportasi kota saja sudah menimbulkan krisis keprcayaan masyakrakat penguna,bagaimana bisa menurunkan kendaraan pribadi yang jumlahnya makin alma naik, naik ,dan naik. Jadi bagaimana solusinya?yah,dengan cara menambah jumlah bus di beberapa jalur dan juga menyiapkan bus cadanagan sebagain antisipasi ke padatan di beberapa halte di jam-jam padat , dan juga ada yang mengawasi jadwal busway yang bisa dibilang kurang efesien seperti ada gap yang sangat jauh antar beberapa busway sehingga timbul sepinya satu busway tetapi disaat yang sama ada orang di halte lain yang saling berdempet-dempetan . Yah ini hanya saran dan pandangan saya, mungkin saya tidak ahli dalam ini dan banyak hal yang saya tidak ketahui tentang anggaran dan yang lain, tapi tulisan ini hanya sebagai perspektive seorang penguna umum yang ingin mendapatkan kenyamanan transportasi umum seperti halnya negara lagi.Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H