Lihat ke Halaman Asli

Produksi Dokumenter SMAN Rembang Purbalingga

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13896086642010508180

[caption id="attachment_305775" align="aligncenter" width="500" caption="Pengambilan gambar saat latihan kesenian Lengger Lanang."][/caption] Mendung kerap menyelimuti langit Panusupan. Selama beberapa hari pelajar SMA Negeri Rembang Purbalingga berada di desa yang terletak di Kecamatan Rembang, Purbalingga itu jarang memjumpai langit cerah.

Pelajar yang tergabung dalam Pak Dirman Film ekstrakulikuler sinematografi itu sedang memproduksi film dokumenter Lengger Lanang. Harapannya, kesenian tradisi Desa Panusupan yang sudah turun-temurun ini bermasa depan cerah.

“Setidaknya kami berusaha mendokumenterkan kesenian langka ini bagi generasi kami dan setelah kami, agar bisa terus diketahui dan dipelajari,” ujar Anastasya Dyah Tyas Utami, yang bertindak selaku sutradara.

Lengger, kesenian khas tlatah Banyumas, pada awalnya adalah laki-laki. Dalam perkembangannya, peran lengger tergantikan oleh perempuan dengan segenap cerita yang melatarinya.

Ada banyak jenis iringan kesenian lengger di Banyumas, yang terpopuler dengan alat musik calung. Sementara untuk lengger lanang di Desa Panusupan dengan iringan musik angklung ditambah gong bambu dan kendang.

[caption id="attachment_305776" align="aligncenter" width="500" caption="Pengambilan gambar saat Lengger Lanang pentas."]

1389608946656953337

[/caption] Menurut salah satu kru produksi, Lilit Widiyanti, membuat film dokumenter lengger lanang berangkat dari data kesenian langka yang dimiliki Perpustakaan Film dan Buku Jaringan Kerja Film Banyumas (JKFB). “Kami langsung datang ke Desa Panusupan menemui salah satu pemuda untuk menggali informasi kemudian selama beberapa pekan kami melakukan riset,” ungkap periset yang masih duduk dibangku kelas X ini.

Setelah riset dirasa usai, para pelajar itu membuat jadwal pengambilan gambar selama tiga hari, 11-13 Januari 2014, dengan cara menginap untuk lebih mendekatkan dengan subyek dan warga desa. Kesenian langka yang sudah lama tak dipentaskan ini pun tampak bergairah kembali, meski pemangkunya berusia kisaran 45-90 tahun.

Pembina ekskul sinema SMAN Rembang Purbalingga, Puji Rahayuning Pratiwi, S.Pd., mengatakan program ekskul sinema berupa produksi dokumenter ini bagian dari kepedulian sekolah dan melatih kepekaan pelajar “Ada beberapa seni tradisi langka khususnya di Kecamatan Rembang yang harus didata dan didokumenterkan. Ini menjadi tugas kami,” jelasnya.

Rencananya, film dokumenter berdurasi pendek ini hendak diikutsertakan pada kompetisi pelajar Banyumas Raya Festival Film Purbalingga (FFP) 2014 yang akan digelar pada Mei mendatang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline