Lihat ke Halaman Asli

"Penderes dan Pengidep" Menang di FFD

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1418491481683908840

[caption id="attachment_359300" align="alignnone" width="500" caption="Malam penganugerahan FFD"][/caption]

Film "Penderes dan Pengidep" sutradara Achmad Ulfi kembali menoreh prestasi. Jelang akhir tahun, dokumenter yang diproduksi Papringan Pictures ekstrakulikuler sinematografi SMA Kutasari Purbalingga ini berhasil menyabet Film Terbaik kategori dokumenter pelajar Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta.

Malam penganugerahan digelar pada Sabtu, 13 Desember 2014 di Tembi Rumah Budaya Yogyakarta. Karena sedang Ujian Akhir Semester (UAS), sang sutradara berhalangan hadir diwakilkan Wildan Aji Saputra, pegiat Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga yang juga mantan ketua ekskul sinematografi SMA Kutasari.

"Sejak sekolah kami diperkenalkan dan memproduksi film dokumenter, salah satu keinginan dan cita-cita kami adalah mampu menjadi yang terbaik di FFD. Dan malam ini, keinginan itu tercapai," ungkap Wildan yang sekarang tercatat sebagai mahasiswa di jurusan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Film berdurasi 30 menit ini mengungkap realita sebuah keluarga, disela kesibukan sebagai ibu rumah tangga, Suwini, ibu tiga anak, menyempatkan ngidep (membuat bulu mata). Sementara Suwitno, suaminya, sehari dua kali, pagi dan sore, harus naik-turun 21 pohon kelapa yang disewa untuk mengambil air nira.

"Penderes dan Pengidep" menyisihkan beberapa nominee yaitu, film "Segelas Teh Pahit" rekan sedaerah dari SMA Rembang Purbalingga, "Jenitri" dari Kebumen, dan "Subakku Dipuja, Subakku Merana" dari Bali.

Menurut salah satu juri kategori dokumenter pelajar, Senoaji Julius, film dokumenter "Penderes dan Pengidep" memiliki kelebihan dari sisi fakta-fakta yang dihadirkan di dalamnya. "Fakta yang dihadirkan dalam film utuh tanpa opini yang tidak perlu sehingga menjadi sederhana dan penting untuk dilihat," tuturnya.

FFD merupakan festival khusus film-film dokumenter yang tertua di wilayah Asia Tenggara. Tahun ini, festival dengan program kompetisi tingkat nasional ini memasuki tahun ke-13 digelar di beberapa titik di Yogyakarta dari tanggal 10-13 Desember 2014.

Dari catatan CLC Purbalingga, baru dua kali ini film yang dibuat anak-anak muda Purbalingga mendapat penghargaan dari FFD. Sebelumnya, film bertajuk "Bioskop Kita Lagi Sedih" sutradara Bowo Leksono yang mengungkap arogansi Pemerintah Kabupaten Purbalingga pada komunitas film di Purbalingga pada FFD tahun 2006.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline