Banjir yang melanda suatu wilayah tidak hanya membawa dampak pada pemukiman dan bisnis, tetapi juga memengaruhi arus lalu lintas dengan serius. Terutama di perkotaan, banjir dapat mengakibatkan jalan-jalan utama terendam air, menyebabkan kemacetan lalu lintas yang parah. Air yang meluap di jalan-jalan membuat kendaraan kesulitan untuk melintas, bahkan beberapa kendaraan mungkin terjebak atau rusak akibat terendamnya air.
Selain itu, bahaya yang lebih besar timbul ketika tinggi air mencapai level yang signifikan, karena dapat menutupi marka jalan, mempersulit pengemudi untuk menavigasi jalan dengan benar. Pihak berwenang sering kali harus menutup sejumlah jalan untuk mencegah kecelakaan atau kerusakan yang lebih besar.
Dengan demikian, banjir tidak hanya menjadi ancaman bagi kesejahteraan masyarakat, tetapi juga berdampak pada mobilitas dan keamanan dalam sistem transportasi kota. Upaya pencegahan dan mitigasi risiko banjir menjadi semakin penting untuk memastikan keberlanjutan lalu lintas dan keselamatan para pengguna jalan.
Kawasan wisata Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) menjadi daerah langganan banjir saat hujan turun. Titik banjir paling parah terjadi di depan Pasar Panorama Lembang karena genangan air di badan jalan berkisar antara 40-60 centimeter. Kondisi ini tak pelak membuat arus lalu lintas utama lumpuh.
Bahkan, tempat usaha di sepanjang jalan raya pun tak luput dari genangan banjir. Belakang, air banjir merendam sebuah SD di Jalan Panorama sehingga mengganggu aktivitas belajar siswa. Solusi normalisasi drainase yang sudah rampung sejak dua bulan terakhir bisa dianggap sia-sia lantaran banjir masih tetap terjadi.
Peristiwa banjir di Jalan Pasar Panorama Lembang dan sekitarnya yang selalu terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini, akhirnya Pemerintahan Kecamatan Lembang melakukan normalisasi secara bertahap.
Langkah yang diambil Pemerintahan Kecamatan Lembang dengan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melakukan pengerukan saluran drainase yang berada di Jalan Kiwi, Lembang, Senin 27 November 2023.
Berdasarkan pantauan, pengerukan dilakukan secara manual dengan menggunakan cangkul dan lainnya kurang maksimal. Mengingat sedimen tanah yang bercampur dengan berbagai jenis sampah dan limbah sudah menyatu dan padat.
Bahkan dalam kegiatan kerja bakti masal tersebut, diturunkan satu unit kendaraan damkar dari UPT Lembang untuk memecah gumpalan limbah yang mengeras dan tidak terjangkau hanya menggunakan cangkul.
Dikutip dari lembangnews.com, Ali menjelaskan, tahap pertama pengerjaan normalisasi drainase dimulai dari Jalan Kiwi yang kondisinya sudah parah karena tidak mampu menampung debit air karena terjadinya sedimentasi dan penuh sampah.