Lihat ke Halaman Asli

Suara Hati yang Membimbing

Diperbarui: 5 November 2022   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: unsplash.com/Miriam G 

Pernahkah Anda merasa gelisah saat hendak melakukan perbuatan buruk? Atau merasa tenang dan senang saat hendak berbuat baik kepada orang lain? Perasaan yang berkecamuk itu merupakan salah satu bukti kehadiran suara hati yang membimbing kita. Dalam kehidupan sehari-hari, kehadiran suara hati kadang kita sadari dan kadang tidak kita sadari, bahkan bisa saja kita salah mengartikan maksudnya. 

Untuk itu, penting bagi kita mengenal apa itu suara hati.

Suara hati didefinisikan sebagai kesadaran moral di dalam hati setiap manusia yang tumbuh dan berkembang, menyadarkan seseorang akan kewajiban serta tanggung jawabnya sebagai makhluk pribadi, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan.

Suara hati memiliki kedudukan yang kuat, seperti yang disampaikan Santo Thomas Aquinas: suara hati menjadi benteng terakhir agar seseorang membuat keputusan yang tepat. Suara hati membantu manusia agar mampu membedakan perbuatan yang baik dan tidak baik, dengan cara menilai berdasarkan keputusan praktis akal budi manusia.

Suara hati yang benar dapat menjadi kompas moral yang mengarahkan kita menjadi pribadi yang berperilaku positif. Setia pada suara hati yang benar sama dengan setia kepada Allah.

Suara hati berperan dalam tiga tahap, pertama sebagai prakata hati atau indeks yang membantu menimbang baik buruknya suatu tindakan sebelum dilakukan. Jika suatu tindakan itu baik, suara hati cenderung meminta kita melakukannya, sebaliknya jika tindakan itu buruk maka suara hati cenderung akan melarang kita. 

Tahap kedua, sebagai fudex atau hakim yang kembali mengingatkan baik buruknya tindakan saat mulai dilakukan, suara hati akan mendorong kita untuk meneruskan, jika tindakan itu tepat dan positif, sebaliknya suara hati akan berusaha melarang atau menghentikan kita jika tindakan itu salah atau negatif. 

Tahap ketiga, sebagai vindex atau penghukum, yaitu sesudah tindakan dilakukan, jika tindakan kita baik, suara hati akan memuji dan memberi kelegaan, namun jika tindakan kita buruk, suara hati akan menimbulkan rasa gelisah dan penyesalan dalam diri kita.

Ayat alkitab Yeremia 31:33a, "Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka" menunjukkan bahwa suara hati merupakan hukum yang Allah anugerahkan di dalam diri kita untuk membimbing kita memiliki kebaikan sehingga kita perlu memperhatikan dan mendengarkan suara hati.

Agar suara hati dapat berfungsi secara optimal dalam membimbing, menggerakkan, dan memimpin kita, maka suara hati perlu dibina. Cara yang tepat dan berkualitas adalah melakukan intropeksi diri sebelum tidur malam dengan berdoa serta meneliti batin kita. Tujuannya, untuk mengulas kembali hal-hal yang telah kita lakukan, memikirkan perbaikan apa yang akan dilakukan kedepannya, serta memikirkan apa yang dapat ditingkatkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline