Lihat ke Halaman Asli

PT. Wijaya Karya Beton, Tbk (WTON): Good Company, Bad Stock?

Diperbarui: 14 Desember 2016   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


oleh: Claudia Nauli

NPM 1306408145


PT. Wijaya Karya Beton Tbk (WIKA Beton) (WTON) didirikan tanggal 11 Maret 1997. Kantor pusat WTON beralamat di Gedung JW, Jl. Raya Jatiwaringin No. 54, Pondok Gede, Bekasi, 17411 Jawa Barat – Indonesia. WIKA Beton memiliki 9 pabrik, 6 wilayah penjualan dan 2 kantor representatif penjualan yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Wijaya Karya Beton Tbk, antara lain: Wijaya Karya (Persero) Tbk (induk usaha) (60%) (WIKA) dan Koperasi Karya Mitra Satya (8,67%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan WTON adalah bergerak industri beton pracetak, jasa konstruksi dan bidang usaha lain yang terkait. Produk-produk beton yang dihasilkan oleh WIKA Beton, antara lain: tiang transmisi dan distribusi kelistrikan dan tiang telepon, tiang pancang; bantalan jalan rel, produk beton untuk jembatan, produk beton untuk dinding penahan tanah, pipa, produk beton untuk bangunan gedung, produk beton untuk bangunan maritim, serta produk-produk beton lainnya.

Saya mengkategorikan WIKA Beton ini sebagai good company bad stock karena saya melihat kinerja perusahaan WIKA Beton ini baik namun harga sahamnya masih dapat dikatakan rendah. Kinerja perusahaan yang baik tersebut terlihat dari pembukuan laba bersih perusahaan WIKA Beton pada Semester I 2016 yang mencapai Rp109,37 miliar atau Rp12,55 per saham. Pencapaian tersebut meningkat sebesar 104,66% jika dibandingkan dengan laba bersih yang diperoleh perusahaan WIKA Beton pada Semester I 2015 sebesar Rp53,44 miliar atau Rp6,14 per saham. Meskipun beban pokok penjualan meningkat dari Rp0,78 triliun menjadi Rp1,32 triliun, beban usaha mengalami kenaikan sedikit dari Rp39,74 miliar menjadi Rp41,21 miliar, beban lain mengalami peningkatan dari Rp13,20 miliar menjadi Rp14,85 miliar pada Semester I 2016, serta aset perusahaan mengalami penurunan dari Rp4,46 triliun tahun 2015 menjadi Rp4,30 triliun pada Semester I 2016, namun utang perusahaan mengalami penurunan dari Rp2,19 triliun menjadi Rp1,98 triliun. Selengkapnya mengenai analisis saya akan saya bahas pada bagian berikut.

ANALISIS MAKRO EKONOMI

Bank Indonesia (BI) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya akan semakin baik. BI menyatakan bahwa pada tahun 2017 mendatang kondisi perekonomian Indonesia masih cenderung kondusif, meskipun tidak sekuat realisasi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 hingga 2012 lalu. Gubernur BI, Agus DW Martowardojo, menjelaskan bahwa BI memperkirakan pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi akan naik hingga sekitar 5-5.4%. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan ditopang oleh permintaan domestik.

Selain itu, beliau juga menyatakan bahwa inflasi akan berada pada kisaran target 41%. Selain inflasi yang berada pada target 41%, gubernur BI tersebut juga menyatakan bahwa perkiraannya pada tahun 2017 akan ada pertumbuhan kredit sekitar 10-12%. Adapun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada tahun 2017 diproyeksikan berada pada kisaran 9 hingga 11 persen.

Adapun dalam jangka menengah, bank sentral memperkirakan perekonomian Indonesia akan tumbuh lebih tinggi. Hal ini ditopang oleh struktur perekonomian yang lebih kuat dan berkualitas.

ANALISIS INDUSTRI

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat konstruksi terbesar di Asia. Menurut AECOM, dalam jangka menengah dari sekarang hingga tahun 2020 Indonesia diharapkan menjadi pasar konstruksi dengan pertumbuhan tercepat dibanding negara Asia lainnya. Menurut Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional), sektor konstruksi diharapkan tumbuh sebesar 8,1% pada tahun 2017. Pertumbuhan sektor ini diyakini sejalan dengan peningkatan proyek-proyek infrastruktur pemerintah dan swasta. Pemerintah mengatakan bahwa pada masa sekarang ini pemerintah akan berkomitmen untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur Indonesia demi menyediakan lingkungan yang lebih baik untuk keuntungan bisnis dan ekonomi bagi rakyat Indonesia. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan iklim investasi yang selanjutnya diharapkan akan mendorong pertumbuhan industri terkait, membuka lapangan kerja sehingga dapat menyerap tenaga kerja Indonesia yang masih cukup melimpah.

Sebanyak kurang lebih 30 proyek infrastruktur dengan nilai sekitar Rp 851 triliun telah disiapkan oleh pemerintah dan akan menjadi prioritas pemerintah untuk merealisasikannya dari saat ini dengan target akan selesai di tahun 2019 mendatang. Proyek tersebut termasuk diantaranya Jalan Tol Trans Sumatera sepanjang 2.818 kilometer dan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar 2.000 watt. Di sektor transportasi, pembangunan jalan dan rel kereta api menjadi fokus utama. Pembangunan jalan di Indonesia diperkirakan akan tumbuh sebesar 12.8% di periode tahun 2015 sampai 2024, dengan jumlah tersebut, sektor infrastruktur jalan Indonesia akan menjadi yang terbesar di tahun 2024 (Sumber: BMI Research). Proyek ini membuka peluang besar bagi supplier material beton, mesin, dan teknologi tidak terkecuali bagi WTON.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline