Lihat ke Halaman Asli

Claudia Mauduna Yasmine

Mahasiswa Universitas Airlangga

Di Balik Fenomena Citayem Fashion Week

Diperbarui: 28 Juli 2022   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa hari terakhir, masyarakat di hebohkan dengan adanya fenomena Citayem Fashion Week. Citayem Fashion Week sendiri merupakan suatu ajang layaknya Paris Fashion Week dimana terdapat seorang peraga busana yang berjalan melintasi  zebra cross di kawasan Dukuh Atas. Tempat ini dipilih menjadi lokasi diadakannya Citayem Fashion Week karena tempat tersebut merupakan lokasi pertama beredarnya video wawancara yang viral di media sosial. Video wawancara tersebut menampilkan jawaban-jawaban polos dari remaja berpakaian nyentrik yang dapat mengundang gelak tawa. 

Dari jawaban tersebut mereka menyebutkan asal daerah tempat tinggal mereka yang berasal dari Citayem. Dari video-video viral tersebut, muncul nama-nama seperti Kurma, Bonge, dan Jeje yang semuanya berasal dari daerah sekitar Citayem. Dari sinilah bermula bagaimana terciptanya kata “Citayem Fashion Week” dimana kota Citayem diduga menjadi alasan fashion  yang dipakai remaja viral ini menjadi khas atau nyentrik. 

Fenomena Citayem Fashion Week ini semakin kerap didengar kala Gubernur DKI Jakarta yakni Anies Baswedan mendukung adanya kegiatan ini. Seperti yang dilansir oleh CNBC Indonesia, Anies menjelaskan, tempat ruang ketiga ini seharusnya bisa menyetarakan berbagai golongan masyarakat. Bahkan bagi mereka yang datang untuk mendapatkan pengalaman baru. Anies juga menambahkan bahwa dulu kebanyakan pergerakan yang dilakukan pada wilayah itu menggunakan kendaraan pribadi, meski sudah ada trotoar yang terbangun lebar. Namun saat ini masyarakat dari wilayah penopang ibu kota juga bisa menikmati wilayah Sudirman. Anies menyebut hal tersebut sebagai 'Demokratisasi Jalan Jenderal Sudirman'.

Berkat dukungan dari Gubernur DKI Jakarta ini, semakin banyak orang dari seluruh kalangan yang datang dengan pakaian khasnya untuk di peragakan diatas zebra cross kawasan Dukuh Atas ini. Mulai dari masyarakat luar daerah Jakarta, content creator, arrtis, maupun para petinggi negeri seperti Gubernur Jawa Barat yakni Ridwan Kamil.

Menurut saya selaku penulis, dengan adanya fenomena ini, tentunya banyak sekali komentar-komentar dari berbagai kalangan yang ditujukan akibat diadakannya kegiatan ini. Komentar tersebut ada yang bersifat ‘mendukung’ maupun ‘menentang’ terhadap kegiatan yang dilakukan.

Menurut saya, tentunya dengan diadakannya kegiatan ‘Citayem Fashion Week’ ini sangat baik agar menjadi wadah bagi remaja maupun masyarakat lainnya untuk menampung kreativitas mereka dalam hal berbusana. Tak hanya itu, dengan diadakannya kegiatan seperti ini, secara tidak langsung kita dilatih untuk percaya diri terhadap apa yang kita sukai dan dipertontonkan kepada khalayak ramai. Masyarakatpun dapat memanfaatkan fenomena ini untuk kepentingan yang baik, seperti berdagang di sekitar lokasi kegiatan untuk membangkitkan ekonomi masyarakat pascapandemi.

Namun, dilihat dari sudut pandang yang lain, fenomena ini berpotensi menjadi ‘bahaya’ bagi pengunjung itu sendiri, hal ini dapat terjadi karena padatnya kerumunan masyarakat yang ada di lokasi diadakannya CFW ini. Seperti yang kita ketahui, bahwa pandemi Covid19 masih belum sepenuhnya usai, dengan adanya padatnya kerumunan ini dikhawatirkan dapat meningkatkan angka penderita positif covid19 yang ada di Jakarta. 

Kerumunan ini juga dikhawatirkan dapat menimbulkan kemacetan bagi sekitar lokasi diadakannya kegiatan ini. Tumpukan sampah yang berserakan di sepanjang lokasi juga menjadi pemandangan yang buruk, hal ini juga disebabkan karena padatnya pengunjung. Tak hanya itu, tidak diterapkannya jam malam pada acara ini juga dikhawatirkan dapat menjadi pemicu terjadinya aksi kriminal seperti pencopetan.

Kedua sudut pandang ini, tentunya bergantung pada masyarakat dalam menyikapinya. Jika kita sebagai pengunjung dapat memanfaatkannya dengan baik serta masih dapat memperhatikan hal yang positif seperti tetap menjaga jarak dan tetap menjaga kebersihan sekitar, maka semakin baik pula kegiatan ini untuk terus tetap diadakan agar dapat menjadi wadah masyarakat untuk menampung kreativitas mereka dalam berkarya. Namun, jika para pengguna tidak dapat memperhatikan kedua hal tersebut, maka kegiatan ini lebih baik untuk diberhentikan karena dapat membahayakan para pengunjung itu sendiri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline