Warga diaspora Indonesia di Italia umumnya mengenal nama Mas Rukit yang identik dengan tempe, walau banyak di antara diaspora lain yang membuat tempe. Namun nama Rukit lebih meroket karena menjadi orang Indonesia pertama di Italia yang serius mengusahakan produk kebanggaan Indonesia secara profesional.
Masa awal pandemi tahun lalu, kegiatan mereka sempat terhenti sebulan karena kendala transportasi yang menyebabkan kurir telat mengirim barang ke alamat pemesan. Namun setelah itu, kegiatan jual beli tempe kembali berjalan normal. Dan saat ini produksi mereka diliburkan sementara karena istri cuti melahirkan.
Berstatus ayah dari 2 putri cantik, nama lengkapnya adalah Masjuddin Rukit (42). Tiba di Italia tahun 2006 kala Italia belum menghadapi krisis ekonomi. Tak perlu menganggur lama, ia langsung mendapat tawaran kerja di perusahaan keramik.
Pekerjaan ini hanya sebagai batu loncatan sebab akhirnya ia mapan menjadi karyawan di perusahaan Metal Mecanic di wilayah Reggio Emilia. Lahir dan besar di kota minyak Bojonegoro, Rukit pun cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja barunya di Italia.
Satu hal yang kurang lengkap dalam keseharian Rukit sejak tinggal di Italia adalah tempe. Makanan favorit ini sebetulnya bisa ditemukan di negeri ini sebagai tempe produk Italia. Bahkan dijual di salah satu toko bio dekat rumahnya seharga €3,79 per 150 gram.
Namun harga ini cukup merogoh kantong sebab Rukit membeli tempe hampir setiap hari. Dan tiap kali belanja, tak cukup sebungkus tetapi 5 sampai 10 pak. Otomatis, habislah gaji bulanan Rukit hanya untuk membeli tempe yang cita rasanya sangat jauh dari tempe-tempe di tanah air.
Sebagai "tempe mania", tahun 2008 Rukit pernah ke Amsterdam membawa koper kosong hanya untuk membeli tempe.
Saat mengisi relung-relung koper, ada kebahagiaan tersendiri yang sulit diucapkan. Apalagi memborong untuk berbagi dengan teman-teman Indonesia di Italia sebagai oleh-oleh.
Sensasi ini memicu ide Rukit untuk membuat tempe sendiri daripada tekor menghabiskan gaji ke toko bio atau pergi ke Amsterdam hanya untuk membeli tempe.
Singkat cerita, Juni tahun 2018 Rukit memboyong istri dari tanah air yang dinikahinya sejak Desember 2012 lalu. Setiap malam Rukit memikirkan kegiatan tambahan untuk istri selain mengurus anak mereka yang waktu itu baru satu dan berusia 4 tahun. Kultur Italia masih sangat baru buat istrinya, tentu butuh waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan dan bahasa setempat.