Kelor
Sebelum covid merebak, saya pernah merespon pertanyaan di grup berkebun empat musim. Grup ini beranggotakan orang-orang Indonesia pencinta tanaman di luar negeri. Biasanya obrolan kami hanya sebatas info-info merawat tanaman, khususnya dari tanah air. Sebab jenis tanaman tropik pada umumnya harus beradaptasi dengan iklim subtropis yang mengalami musim gugur dan dingin.
Namun di penghujung tahun 2018 ada pertanyaan seorang anggota asal Serbia yang sedikit keluar dari wacana kebun. Dengan kalimat pembuka permohonan maaf atas pertanyaan OOT (out of topic) dia ingin mencari info daun kelor untuk anaknya.
Belum genap berusia 6 bulan, Andrej Miric sudah divonis leukemia. Hasil pencarian di internet, konon katanya daun kelor ini bisa menjadi obat alternatif untuk hati dan limpa anaknya yang telah membengkak sejak 2,5 bulan lalu. Jadi dia minta bantuan di grup, barangkali ada di antara anggota yang menanam atau mungkin tahu di mana bisa membeli daun ini di Eropa.
Kebetulan saya baru kembali dari mudik dan membawa bonggol kelor untuk ditanam. Sayangnya, tidak tepat dengan iklim di sini karena saya tiba, sudah masuk musim dingin. Dari pertanyaan ini, akhirnya percakapan kami berlanjut. Saran saya waktu itu, coba-coba untuk menghubungi Dinas Kesehatan Italia sebab sudah banyak pasien leukemia yang berhasil sembuh, khususnya anak-anak.
ANDREJ MIRIC
Beberapa minggu lalu, saya terpana menonton video bocah bernama Andrej Miric asal Serbia. Bocah in tampil sangat menawan karena lucu, lincah dan selalu gembira. Saat menelusuri video demi video, wow!? Ternyata dia adalah bocah yang akhir tahun 2018 lalu sempat dibahas berkaitan dengan kelor dan leukemia. Sekarang usianya hampir 3 tahun, tampak sehat dan enerjik. Sempat tak percaya bahwa anak ganteng ini pernah mengalami saat paling kritis dalam hidupnya.
Serta merta saya kontak kembali Kasrina, ibu yang melahirkan Andrej. Ia seorang wanita muda yang sangat tegar. Seorang ibu pejuang yang tak kenal menyerah untuk kesembuhan anak semata wayang. Tinggal sendirian di negeri asing, jauh dari keluarga bahkan teman sesama Indonesia. Sungguh perjuangannya hebat dan luar biasa.
*Saya merasa terhormat bisa berbagi kisah pengalamannya untuk kompasiana.
Bernama Kasrina, asal Pinrang Sulawesi Selatan. Terakhir bekerja di kapal pesiar Celebrity Cruises. Di tempat ini ia bertemu jodoh, pria asal Serbia bernama Branislav Miric. Tahun 2018 ia diboyong ke tanah kelahiran suami, persisnya kota Pancvo. Kota ini terletak sekitar 30 menit dari Beograd. Di tahun yang sama, tanggal 04 Juli jam 18 waktu Serbia, lahirlah Andrej secara bayi normal dengan berat 3,7 kg, panjang 52 cm.
Pertengahan Oktober saat Andrei berusia 3 bulan, hidungnya tersumbat. Karena musim gugur yang dibarengi angin, pasutri muda ini tidak menanggapi secara serius. Mereka pikir, normal saja karena udara mulai dingin. Tetapi 3 hari kemudian suhu tubuh meninggi hingga 38,5 derajat yang disertai bercak putih di kepala dan bercak merah di tangan.