Lihat ke Halaman Asli

Nasib

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada hal yang tak bisa diungkapkan; nasib! Pernah berkata Chairil, "Nasib adalah kesunyian masing-masing!"

Sore ini di pinggir jalan raya di depan sebuah rumah sakit besar.

Aku melihat...

Satu keluarga. Kumuh. Bapak, Ibu, beserta lima anak yang masih bocah. Si bungsu masih bayi dalam gendongan ibunya. Satu tangan ibu menyambut si bungsu, satu tangan ibu memegang gitar kecil. Satu anak lainnya digendong Bapak. Selebihnya berjalan lincah mengikuti Ibu di baris depan. Entah ke mana mereka?

Seorang Bapak menggendong anak perempuannya yang kurus. Didampingi ibu yang menenteng tas berisi perlengkapan yang tak kutahu apa. Kulihat sebotol aqua, ibu tuang airnya ke dalam gelas plastik aqua bekas. Anaknya minum seteguk demi teguk. Anaknya lesu lemah. Perban di lengannya. Anak yang entah sakit apa?!

Perempuan baya cantik. Rambut tergerai indah, walau satu-satu ubannya menampakkan diri. Ia memakai kaca mata dengan bingkai warna hitam. Ia tampak cantik dan elegan. Apalagi dengan sepatu berhaknya. Menyetop taksi berwarna biru. Jas putihnya terkibas. Apa yang terjadi dengan mobil pribadi sang dokter?

Gadis dengan tampilan masa kini. Celana dan baju serba ketat. Rambut bercat kuning. Dandanan ala artis. Berjalan menelusuri trotoar dengan percaya diri. Kenapa ia sendiri?

Aku...

Melihat metromini 49 di kejauhan. Sebentar lagi, aku tiba di rumah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline