Lihat ke Halaman Asli

Duduk Berempat

Diperbarui: 1 April 2020   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duduk Berempat.

Setelah sekian tahun berlalu,
(entah berapa tepatnya, aku sampai lupa)
akhirnya kami bisa seperti ini

Duduk berempat, mengapit meja kecil
dengan semangkuk sup ayam yang masih mengepul di atasnya.

Canggung.
Itu semua yang masing-masing kami rasakan.
Bahkan untuk mengambil lauk di tengah meja saja membuat kami salah tingkah.

Tapi mau tak mau, kami menghadapi ini setiap hari.
Hingga waktu lumer, dan kami pun ikut mencair.

Kami mulai bisa bersuara di tengah kunyahan,
mengobrol tentang ini dan itu, dari yang penting sampai tak penting,
lalu tertawa bersama karenanya.

Mulai dari cerita adik tentang pacar dan ujian-ujian kelulusannya.
Mama yang sibuk belajar resep baru (untuk dijual katanya).
Papa yang hampir mendapat promosi jabatan.
Dan baru kali ini, aku bisa menceritakan tentang keinginanku pindah kerja.
Suatu hal yang belum kuceritakan kepada siapapun, termasuk pantulan di cermin.

Kami terus bercerita satu sama lain,
bahkan setelah makanan di meja habis, perbincangan belum juga habis.
Mungkin kelihatannya kami duduk selama beberapa jam saja di sana.
Tapi aku merasa telah melakukan perjalanan waktu yang panjang
melihat adik bertambah dewasa, juga papa-mama yang mulai menua.

Aku seolah sedang melihat keping sejarah dari masing-masing penghuni rumah ini.


Dan kian hari, aku terus diajar untuk semakin memahami
apa yang penting dari kehidupan ini.

Yaitu mereka bertiga, yang tinggal di bawah atap yang sama denganku.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline