Lihat ke Halaman Asli

Usai Nonton " Preman Pensiun ", Jadi Ingat Preman Medan

Diperbarui: 25 Januari 2019   02:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sekitar sepuluh hari yang lalu sewaktu berada di Bandung ,kusempatkan juga nonton  film yang sedang popuier sekarang ini ," Preman Pensiun ".
Berada di gedung bioskop yang penuh dengan penonton itu, bagiku memunculkan pertanyaan ,mengapa kisah tentang preman menjadi menarik untuk ditonton atau juga dibicarakan ..
Keadaan seperti itu tidak hanya ada di Indonesia tetapi hal yang sama juga ditemui ditempat lain di jagad ini .
Film - film yang berthemakan Mafia selau ditunggu dan ditonton oleh banyak orang .Bukankah Mafia juga adalah preman.?.
Malahan film tentang Mafia ," Godfather " yang dibintangi oleh Marlon Brando itu dianggap sebagai film sukses dan bermutu .
Begitu juga film tentang preman besar Amerika ,Al Capone juga meraup sukses besar .
Menurut pendapatku ada beberapa penyebab mengapa film berthema preman disukai.
Umumnya film tentang preman ,bercerita tentang pembalasan dendam .Berbagai bumbu yang diracik untuk balas dendam itu yang dilakukan oleh sutradara hebat akan menjadikan film itu semakin menarik .
Ketika balas dendam tunai dibayar ,seolah olah memunculkan kepuasan dihati penonton .
Selanjutnya film tentang preman juga menggambarkan soliditas yang tinggi diantara sesama mereka .Biarpun sudah tua ,sudah pensiun sebagai preman ,tetapi ikatan solidaritas diantara mereka masih cukup kuat .Film " Preman Pensiun " juga melukiskan hal ini .
Sangat enak melihat para preman yang dulunya sangar dan bengis itu,tetapi pada hari tuanya mereka muncul sebagai pribadi - pribadi yang menyayangi keluarganya.
Setelah usai nonton film yang disutradarai Aris Nugraha itu sembari minum segelas coklat di warung yang punya brand internasional itu,pikiranku melanglang buana ke Medan ,kota dimana aku pernah tinggal.
Preman - preman yang ada di ibukota Sumatera Utara itu cukup dikenal oleh masyarakat .Walaupun seseorang udah tua ,udah pensiun dari dunia preman ,tetapi ia tetap disapa " Abang " .Sangat jarang kudengar mantan preman yang sudah tua disapa sebagai " Bapak ".
Sapaan " Abang" itu ,menurutku cerminan dari  sikap egaliter yang ditunjukkan para preman itu dalam kehidupannya sehari - hari di masyarakat .
Dari cerita - cerita yang kuhimpun selama tinggal di Medan ,aku mendapat gambaran ,bagaimana asal muasal lahirnya preman.
Pada awalnya, sekitar tahun enam puluhan ,preman muncul di bioskop - bioskop .Mereka menguasai penjualan tiket .
Sewaktu film - film box office diputar ,para penjunjung yang akan nonton film itu menjadi berjubel .Tidak ada jalan lain bagi calon penonton itu kecuali beli karcis catutan yang berada ditangan para preman .
Secara alamiah lahirlah kelompok preman pada bioskop itu .Mereka menjadi terorganisir .Preman yang paling berani diangkat sebagai ketua .
Karena preman yang berada di bioskop itu memperoleh keuntungan lumayan maka sering terjadi perang antar preman .Ada kelompok preman lain yang ingin menguasai bioskop itu .
Pada perang tersebutlah ,ketokohan para pemimpin preman diuji ,keberaniannya untuk berkelahi dipertaruhkan .Tetapi yang lebih penting ,juga kepemimpinannya dinilai.
Keberaniannya ,kemampuannya memimpin anggota ,menjadikan nama pimpinan kelompok itu melejit dan jadi buah bibir masyarakat .
Menurut cerita yang kudengar ,pada tahun enam puluhan itu ,terkenal nama kelompok preman yang menggunakan nama bioskop yang mereka kuasai.
Sangat tenarlah nama preman bioskop Astanaria ,preman bioskop Medan ,preman bioskop Olympia dan juga  preman bioskop Mayestik .
Selain preman yang berbasiskan bioskop dikenal juga preman yang berbasiskan tempat tinggal .Sangat populer dimasa lalu itu ,Preman Gang Buntu ,preman Jalan Puri ,preman Simpang Limun dan beberapa kelompok preman lainnya.
Kini para preman yang top itu sudah banyak yang tiada.
Tapi sewaktu tinggal di Medan ,aku sempat ketemu beberapa tokoh preman yang disegani dimasa lampau .
Dihari tuanya ,preman - preman yang kujumpai itu merupakan pribadi yang santun dan ramah .
Mereka kekihatannya sangat matang dalam hidup .
Bertemu sosok - sosok preman tua itu ,aku berkata dalam hati ,oh inilah dimasa lalu yang dijuluki " singa Medan " itu.
Pada akhirnya ketika usia sudah menua ,membuat hilangnya semangat berkekahi dan tutur kata pun menjadi santun .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline