Hujan di luar, kudapati hati yang hingar. Kepada sunyi yang tak berbunyi. Kepada bunyi yang tak bersunyi. Biarkan malam yang mencari!
Malam mencari rintiknya sendiri. Malam tak berhenti menyatukan serpihnya sendiri. Lalu apakah itu arti? Ia adalah semburat sembari.
Dan semburat itu menyirat, pada sebuah etalase masa silam. Lalu sembari itu menari, pada sebuah sketsa masa kini.
Oh, masih manusia yang sama!
CKPA
Karawaci, 4 Maret 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H