Dengan dilirisnya kebijakan baru, mampukah aplikasi Whatsapp tetap bertahan menjadi platform digital populer pesan instant masyarakat Indonesia? Mungkinkah aplikasi populer pengirim pesan singkat ini perlahan mulai ditinggalkan oleh penggunanya demi melindungi data-data yang bersifat privasi?
Aplikasi yang identik dengan warna hijau yang dimiliki oleh pendiri Fecebook---termasuk Instagram yakni Mark Zuckerberg merupakan aplikasi 'sejuta umat' manusia di planet ini. Saking populernya Whatsapp atau WA sebutannya, telah digunakan oleh lebih dari 2 milyar orang di seluruh dunia (Kompas.com, 2020). Bukan tanpa alasan, WA sering disebut sebagai aplikasi paling berguna saat ini, selain penggunanya dapat berkirim pesan, transfer data, hingga video call menjadi keunggulan WA. Sayangnya, tiada gading yang tak retak, WA juga termasuk identik dengan aplikasi yang mudah diretas. Banyak pengguna sering mengeluh soal ini.
Terbaru, entah karena kebutuhan bisnis atau apa, Whatsapp menghebohkan segala penjuru jagat maya karena meluncurkan notifikasi bagi para penggunanya perihal adanya kebijakan mengenai pembagian data pribadi para penguna WA yang akan di share kepada pihak ketiga. Artinya, para pengguna WA akan dipaksa untuk memilih dan mengikhlaskan adanya pembagian data yang bersifat pribadi untuk disalurkan secara otomatis kepada Fecebook.
Alhasil,pengguna akan dihadapkan pada opsi setuju atau tidak, tetapi yang menjadi timbulnya sesuatu yang bersifat memaksa adalah pada saat pengguna memilih 'tidak' maka akun tersebut akan di hapus dan tidak dapat digunakan lagi. Maka demikian, kebijakan yang diberikan memunculkan tanda tanya besar oleh para pengguna sehingga memunculkan desas-desus yang bermunculan.
Lantas, apakah kebijakan ini akan berdamapak pada ditinggalkannya WA oleh para pengguna?
Privasi Data dan Kepercayaan Pengguna
Ramai-ramai soal kebijakan baru, asumsi-asumsi yang bersifat skeptis bermunculan pada pengguna, hal inilah yang melahirkan gerakan yang bersifat universal yang menjadikan informasi soal kebijakan baru WA menjadi trending topic di Twitter yang dimana para netizen kebinggungan akan hal kebijakan tersebut. Kecurigaan yang terjadi bukan semata-mata menciptakan sensasi kepanikan semata, tetapi melahirkan perspektif untuk kedepannya di kemudian hari, praduga yang mungkin acap kali dirasakan apakah akan ada penyalagunaan terhadap data informasi? itulah yang sekarang sangat menarik perhatian.
Kominfo selaku kementerian yang mengurusi soal dunia digital Indonesia pun berkomentar. Bahkan, Kominfo memberikan nasehat penting bagi penguna Whatsapp yakni himbauan agar masyarakat waspada dan bijak dalam menentukan media sosial.
Memang harusnya, setiap data wajib di jaga dan dilindungi demi menyinggahkan rasa kepuasan kepada pemakai, walau sekecil apapun data-data tersebut, yang namanya data tetaplah penting. Selain itu, data penting untuk dijaga agar bisa membangun rasa kepercayaan pada penguna terhadap suatu aplikasi. Tidak dapat dipungkiri setiap data informasi yang akan tersalurkan pasti memiliki kegunaan apapun ceritanya, termasuk menghindari menghindari berbagai jenis cybercrime yang pasti dapat merugikan kita.
Kemajuan di era digital memang menuntut kita agar tetap selalu berhati-hati akan kejahatan yang bisa menimpa siapa saja. Semuanya itu kembali kepada kredibilitas Mark yang dapat memastikan kebijakannya dapat dipercaya atau mungkin sebaliknya, sebagai pemilik sekaligus pemimpin hal ini bisa saja menjadi boomerang bagi dirinya sendiri dan mungkin merembet ke WA---aplikasi yang dimilikinya saat ini.