Lihat ke Halaman Asli

Bryna

Peminat sejarah dan budaya

Dunia yang Penuh dengan "Tes"

Diperbarui: 14 Maret 2024   14:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mahasiswa sedang menjalani tes. Sumber: Dokumentasi Humas UB via KOMPAS.com

"BISMILAH FTTM (Pertambangan) ITB 202x", "BISMILLAH KEDOKTERAN UI 202x", "SEMANGAT UGM 202x", dsb. Kiranya begitu lah kata-kata motivasi yang ditempel di meja belajar anak-anak SMA kelas 12. Atau bila ketika mereka kuliah kata-kata motivasi tersebut berubah menjadi nama-nama perusahan, BUMN, ataupun instansi pemerintah yang mereka cita-citakan untuk bekerja di dalamnya. Ada kesamaan untuk masuk UGM ataupun masuk Telkom (BUMN), yaitu keduanya harus melalui tes.

Tes ataupun dalam konteks ini "ujian masuk" merupakan hal yang sangat tidak asing bagi orang-orang yang menempuh pendidikan. Dari kelas 1 SD, untuk masuk ke kelas 2 harus lulus pada Ujian Kenaikan Kelas. 

Setelah lulus SD, mereka melakukan lagi tes ujian masuk SMP, setelah melalui serangkaian Ujian Kenaikan Kelas SMP dan akhirnya lulus SMP, mereka harus mengikuti tes ujian masuk SMA yang dipilih, begitu juga seterusnya sampai masuk pada tes perguruan tinggi. 

Pada perebutan kursi Perguruan Tinggi Negeri khususnya yang favorit, mulailah terjadi aksi "homo homini lupus" (manusia adalah serigala bagi sesama manusianya meskipun sebenarnya ini juga terjadi pada perebutan kursi SMP-SMA. Namun jenjang perkuliahan merupakan masa yang paling krusial untuk kehidupan ataupun karir ke depan. Untuk mendapatkan kursi di satu jurusan di UGM ataupun AKMIL, kita harus mengalahkan pesaing. 

Untuk bergembira di hari pengumuman hasil ujian masuk, mau tidak mau, harus bergembira ditengah puluhan atau ratusan orang-orang yang kecewa dan menangis. Untuk PTN pemerintah memberikan waktu maksimal belajar 3 tahun, artinya dapat 3 kali mengulang untuk mempersiapkan diri bersaing.

Calon peserta ujian pegawai negeri sipil tahun 2021 di Cina (sumber: globaltimes.cn)

Persaingan perguruan tinggi terbaik di Korea Selatan (Suneung) ataupun di Cina (Gaokao) lebih intens lagi. Mereka belajar dari pagi sampai tengah malam (sekitar jam 1-2 malam). Di sana gap year atau setahun tidak melalukan apapun kecuali belajar untuk ujian masuk bukanlah hal aneh. 

Selama setahun itu mereka kerap mengorbakan kehidupan sosial  dan juga jam tidur mereka. Ada yang belajar mandiri, ada juga yang mengikuti kelas alumni atau bimbel (cram schools). 

Data bahkan menunjukkan bawa 60% mahasiswa baru Yonsei University dan Seoul National University (kampus terbaik di Korea) merupakan pelajar gap year, artinya bukan yang berhasil saat pertama kali mencoba. 

Orang tua dan teman yang memberi semangat bagi peserta tes (Sumber: Youtube Asian Boss)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline