Lihat ke Halaman Asli

Mengubah Kandang Menjadi Sekolah

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13559598211238217382

Sangat miris hati ini kerika membaca tulisan abang Aulia di kompasiana  bukan kandang tapi ini sekolah, ternyata masih ada banyak sekolah yang belum di rehab dan saya sangat salut dengan perjuangan rekan-rekan Aceh Blogger Community yang begitu peduli dengan perkembangan pendidikan di Aceh dan mau terjun langsung memberikan bantuan ke sekolah-sekolah melalui program #1blogger1book.

Kami di Sulawesi masih banyak sekolah yang kurang lebih kondisinya sama bahkan lebih parah dari Madrasah Ibtidaiyah Swasta Darussalamdalam tulisan tersebut. Saya alami sendiri di daerah kami bagaimana di desa-desa yang begitu sulit dijangkau dengan kendaraan roda dua sekalipun. Begitu banyak sekolah yanag jauh dari kata layak, masih ada yang beratapkan daun kelapa dan berdinding bilik anyaman bambu. Untuk menjangkau sekolah-sekolah ini kami harus menggunakan sepedamotor yang sudah dimodifikasi khusus karena kondisi jalanan yang sempit dan rawan longsor di pegunungan. Bahkan ada juga sekolah yang tidak mempunyai akses jalan sama sekali, dan disekolah ini salah seorang gurunya Ibu Indrawati mendapatkan nominasi dalam acara di MNC Pahlawan Untuk Indonesia.

Ada banyak hikmah yang kami petik dalam setiap kunjungan kami kesekolah-sekolah di daerah terpencil ini, diantaranya semangat juang para guru yang mau mengajar dalam kondisi apa adanya dan bahkan ada diantara mereka yang masih berstatus honorer hingga mendekati usia pensiun. Ada juga semangat juang anak-anak bangsa yang ingin memajukan bangsa dan negaranya walau harus berjalan berkilo-kilo melintasi gunung, jembatan gantung, bahkan meniti jurang hanya untuk sampai ke sekolah.

Ada pengalaman yang paling berkesan ketika masuk ke salah satu sekolah di akhir Januari tahun 2012 yang lalu. Sebuah sekolah yang sangat sederhana dengan berlantai tanah, dinding luar dari papan dan sekat antar ruang dari bilik bambu. Kami datang diluar jam sekolah sehingga suasana sangat sepi. Saya termenung memandangi tulisan di papan tulis sekolah, PANCASILA.. saya terharu ketika itu membayangkan apa yang ada dalam benak mereka ketika membaca sila ke-5? “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Adilkah buat mereka? Di desa yang tak pernah tersentuh oleh PLN dan tidak ada sinyal telepon mereka harus belajar tentang keadilan sosial. Lama saya terdiam di ruang itu dan saya menarik nafas panjang, sebenarnya anak bangsa ini tidak perlu dikasihani, mereka kuat, mandiri dari lahir. Kita tidak butuh program-program populis dan pencitraan para politisi, kita hanya butuh kesempatan yang sama dalam segala hal. Diberi kesempatan yang sama dalam menikmati pembangunan, pendidikan, kesehatan, bahkan hukum yang berkeadilan.

1355959195229932636

Awal Desember tahun ini dalam perjalanan ke kecamatan dan desa yang sama saya menyaksikan sekolah yang lalu sudah berbenah dan memperoleh dana Rehab dari Kementerian Pendidikan, tampak atapnya sudah menggunakan genteng metal dan dinding diganti papan yang baru. Program Rehab ini tidak mengenal sekolah swasta ataupun negeri, selama dia sekolah dibawah Kementerian Pendidikan dan pemerintah daerah aktif melaporkan ke kementerian disertai foto dan analisis kerusakan maka dia akan dapat bantuan, ini juga menimbulkan konsekuensi sekolah madrasah yang dibawahi Kementerian Agama belum tersentuh, apa karena mungkin program yang sama di kementerian tersebut belum berjalan atau memang tidak ada? Program semacam ini memang membutuhkan sinergi antara pemerintah daerah hingga pemerintah pusat, tanpa ke aktifan dari pemerintah daerah maka program tersebut tidak akan berjalan. Memang benar ungkapan 5 detik pilihan kita di bilik suara menentukan 5 tahun perjalanan hidup daerah bahkan bangsa kita ke depan.

13559595291499146132

Selamaini saya merasa banyak program pemerintah semisal BLT (Bantuan Langsung Tunai) adalah program yang mubazir dan tidak mendidik kemandirian masyarakat. Memangsikap kritis ini harus selalu dipelihara untuk menjaga hati, namun kedewasaan kita dalam berdemokrasi juga menuntut kita untuk adil dan objektif dalam menilai kinerja pemerintahan. Jadi untuk pertama kali dalam hidup, saya memuji program pak SBY dan aparatnya yakni Program RehabNasional sekolah, mudah-mudahan kita yang tinggal di daerah khususnya daerah terpencil diberi kesadaran untuk memajukan pendidikan, karena pendidikan adalah lokomotif utama kemajuan peradaban bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline