Lihat ke Halaman Asli

Surat untuk Bapak Kadis Pendidikan Sumut

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum Wr. Wb.
Yth. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Utara,

Sebelumnya mohon maaf, nama saya Citra Yuda Nur Fatihah, dan biasa dipanggil Citra, alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia angkatan 2010, lulus Februari lalu dengan predikat Mahasiswa Berprestasi dan kini tengah menempuh pendidikan Magister Hukum (LL.M.) di Pennsylvania State University, Amerika Serikat. Saya mungkin tidak kenal dengan Bapak dan begitu pula Bapak tidak kenal dengan saya. Tapi, saya lahir dan besar di kota Medan sampai SMP (SMP Negeri 1 Medan) sebelum akhirnya pindah SMA di Magelang dan kuliah di Depok, sehingga saya adalah orang asli Sumatera Utara (Sumut) karena kebetulan suku saya Batak (marga Siregar) dan sudah tentu saya sangat mencintai Sumut sebagai tempat kelahiran saya dan leluhur saya.

Faktor keberadaan dan lokasi saya yang selalu berada jauh dari Sumut, lantas tidak membuat saya lepas tangan tanpa mengikuti segala perubahan yang terjadi di Sumut. Saya senantiasa memantau, mengikuti, dan mengawasi setiap perkembangan di Sumut dari berbagai sosial media, surat kabar, hingga mendengar langsung cerita, keluhan, dan curahan dari keluarga dan teman saya sendiri. Karena memang sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab saya terhadap kemajuan Sumut. Bahkan, kelak kalau saya diberi kesempatan untuk kembali dan membangun Sumut, tentu saya akan mempergunakan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya untuk membangun dan “membenahi” propinsi saya itu.

Bapak Kadis yang terhormat, jujur tidak ada sedikitpun niatan saya untuk menjelek-jelekkan Bapak, apalagi membuka aib Bapak di hadapan umum, hanya saja saya sudah habis kesabaran dan bingung mau bagaimana lagi menghadapi sikap dan tindakan Bapak yang jelas-jelas bertentangan dengan hukum tersebut. Saya tahu, saya dengar, dan saya ikuti perkembangan Dinas Pendidikan Sumut, itu mengapa saya berani sampai pada kesimpulan bahwa sikap dan tindakan yang Bapak lakukan saat ini itu benar-benar sudah berada di luar jalur dan koridor hukum. Dan kebetulan saya memang sangat concern (peduli) pada bidang pendidikan, karena saya percaya betul bahwa pendidikan adalah ujung tombak kemajuan sebuah peradaban dan kemandirian suatu bangsa.

Bapak sebagai seorang kepala dan orang nomor satu yang membawahkan suatu instansi yang sangat erat kaitannya dengan generasi penerus masa depan bangsa harusnya dapat menjadi contoh dan suri tauladan, tidak hanya bagi anak buah dan bawahan Bapak, tetapi juga segenap komponen masyarakat Sumut. Bapak punya tanggung jawab yang sangat besar dan mengemban tugas yang sangat mulia, Pak. Tidak seharusnya Bapak salahgunakan tanggung jawab dan tugas Bapak itu. Tidak seharusnya Bapak salahgunakan posisi dan kedudukan Bapak sebagai seorang Kepala Dinas untuk berbuat sesuka hati dan sewenang-wenang terhadap anak buah dan bawahan Bapak. Jangan bersikap seperti itu Pak.

Pak Kadis yang terhormat, keadaan dunia pendidikan kita masih sangat jauh dari cita-cita yang kita semua harapkan, termasuk juga dunia pendidikan di Sumut. Mutu dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Sumut pun masih sangat rendah, bisa Bapak coba lihat sendiri di situ web Badan Pusat Statistik (BPS), apalagi di daerah-daerah pedalaman seperti Tapanuli, Toba Samosir, Nias, Rantau Parapat, dan daerah-daerah lain. Sementara, di belahan bumi yang lain, keadaan sudah sangat jauh berbeda. Tidak usah jauh-jauh, anak-anak sekolah di Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Filipina, sudah dapat mengenyam pendidikan yang berkualitas dan merata. Bangunan pendidikan yang layak, buku-buku pelajaran, perpustakaan, dan fasilitas, serta sarana dan prasarana pendidikan yang mumpuni.

Dengan keadaan yang seperti ini bagaimana kemudian anak-anak sekolah kita dapat bersaing dan berkompetisi dengan rekan sejawatnya dari negara-negara lain tersebut, Pak? Tahun depan kita sudah mulai memasuki Komunitas ASEAN 2015, yang berarti persaingan tidak hanya antar-sesama warga negara, tetapi juga denga orang-orang Singapura, Malaysia, dan warga negara ASEAN lainnya. Sudah mampu kah kita, khususnya anak-anak Sumut, bersaing dan berkompetisi dengan mereka? Sudah siap kah kita Pak dengan keadaan bangunan sekolah kita yang di sana sini masih roboh, ataupun dinding dan atap yang bolong-bolong? Masih banyak anak-anak sekolah di Sumut yang pergi ke sekolah masih tidak memakai sepatu, atau harus menempuh jarah puluhan kilometer dan meniti sebuah jembatan untuk bisa sampai ke sekolah. Keadaan-keadaan seperti itu memang sangat klise, tapi itu fakta yang tidak dapat dipungkiri dan masih terjadi hingga saat ini, Pak! Tolonglah agar Bapak lebih dekat pada masyarakat dan anak sekolah.

Nah, apakah hati Bapak tidak miris dengan keadaan pendidikan di Sumut yang seperti itu? Sebagai seorang manusia, apakah naluri Bapak masih sanggup untuk menyelewengkan atau menyalahgunakan dana-dana yang seharusnya untuk memperbaiki atap gedung atau lantai bangunan SD, SMP, maupun SMA demi kepentingan pribadi atau untuk kepentingan lain yang tidak seharusnya? Tolong, pikirlah dan renungkanlah dengan mengunakan hati nurani Bapak secara matang. Jangan hanya memikirkan nafsu duniawi saja atau terfokus pada kedudukan, jabatan, dan posisi yang fana. Dan juga, tolong jangan cederai hak saya juga sebagai anak Sumut, teman, dan keluarga saya yang tinggal dan bersekolah di Sumut, Pak.

Kalau Bapak memang merasa ditekan atau dipaksa oleh sejumlah pihak untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak seharusnya atau bertentangan dengan hukum, Bapak bisa laporkan itu. Bapak punya bukti dan Bapak tahu bagaimana seharusnya Bapak bersikap. Bukannya dengan justru menekan anak buah atau bawahan Bapak untuk melakukan tindakan-tindakan yang juga bertentangan dan melanggar hukum. Sikap Bapak seperti itu bukannya menyelesaikan masalah, tetapi justru mendatangkan masalah baru. Segeralah sadar dan kembali pada jalur dan koridor yang benar, Pak. Berikanlah contoh yang baik dan jadilah teladan bagi anak buah dan bawahan Bapak, bukan sebaliknya.

Kita sebentar lagi akan memiliki pemerintahan yang baru dengan komitmen yang sangat kuat untuk memberantas dan membumihanguskan segala bentuk tindakan dan hal-hal yang berkaitan dengan Korupsi. Sudah bukan waktunya lagi untuk terus-terusan mempertahankan sifat yang tidak baik dan tindakan yang dapat merugikan banyak orang, Pak. Dan saya rasa, kita semua tahu bahwa setiap warga negara, termasuk Bapak dan saya, berkewajiban untuk mendukung dan mensukseskan komitmen bersama Indonesia Bersih dan Bebas Korupsi itu dengan sepenuh hati dan secara bertanggung jawab. Untuk itu, saya harap Bapak mau sedikit memahami dan mendengar aspirasi dari masyarakat, anak sekolah, hingga anak buah dan bawahan Bapak demi kemajuan dan kebaikan kita semua, terutama dunia pendidikan di Sumut. Saya senantiasa berdoa agar Bapak selalu berada dalam lindungan dan bimbingan Allah SWT. Amin.

Jakarta, 8 September 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline