Lihat ke Halaman Asli

Citra Sonia

UIN Walisongo Semarang

Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak di Masa Pandemi Menurut Islam

Diperbarui: 14 November 2021   13:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source:siedoo.com

Hingga sekarang ini, Covid-19 masih menjadi salah satu tantangan di berbagai bidang kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Salah satu kebijakan pembatasan sosial di dunia pendidikan yaitu penutupan sementara semua sekolah yang ada di Indonesia. Pembelajaran di sekolah dialihkan menjadi pembelajaran secara daring (online) dan tatap muka terbatas. 

Pembelajaran jarak jauh atau yang biasa dikenal dengan sebutan PJJ dinilai kurang efektif oleh sebagian siswa, guru, bahkan orang tua. Bahkan banyak guru di beberapa sekolah mendesain pembelajaran saat PJJ hanya dengan pemberian materi dan tugas kepada siswa. 

Siswa dituntut untuk mempelajari dan memahami materi secara mandiri di rumah tanpa bantuan seorang guru yang biasanya membimbing di sekolah. Oleh karena itu, orang tua siswa harus mendampingi anak demi kesuksesan belajar anak selama di rumah.

Peran orang tua dalam pendidikan anak di masa pandemi dinilai begitu penting oleh para ahli, bahkan WHO sampai merilis beberapa panduan dalam pendampingan anak selama pandemi  berisi tips pengasuhan anak yang lebih baik lagi. 

Namun, orang tua sebaiknya tidak hanya mencari referensi ilmu tentang pendampingan anak melalui buku-buku psikologi atau semacamnya saja, melainkan dapat menjadikan Al-Quran dan Sunnah. Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin telah menjelaskan mengenai tahapan pendidikan orang tua terhadap anak sejak dini. Pendidikan pertama bagi anak yaitu mengenai kasih sayang. 

Seperti yang telah difirmankan oleh Allah SWT pada Q.S Luqman ayat 17 dan 18 yang menjelaskan  mengenai pendidikan kasih sayang dari orang tua kepada anak. Pada surah tersebut dijelaskan sebagaimana luqman menasihati anaknya dengan penuh bijaksana, tanpa kekerasan, dan tanpa menakuti.

Tahap pendidikan selanjutnya dapat dilaksanakan dengan bersikap apatis. Pendidikan model ini cocok diterapkan kepada awal usia sekolah dasar. Apabila dalam membimbing, anak terlihat melakukan suatu penyimpangan maka sebagai orang tua sudah sewajarnya untuk menegur. 

Jika teguran tersebut belum diindahkan oleh anak dan anak kembali melaakukan perbuatan yang sama, maka orang tua sewajarnya dapat bersikap apatis. 

Hal tersebut sesuai dengan sebuah kisah berikut: Dalam sebuah riwayat dikatakan: Kerabat Ibnu Mughaffal yang belum baligh bermain lempar batu. Kemudian ia melarang dan berkata, "Sesungguhnya Rasulullah SAW telah melarang bermain lempar batu dan beliau bersabda, 'Sesungguhnya lempar batu tidak akan dapat memburu buruan....'Kemudian anak itu kembali bermain. 

Maka ia berkata, 'Aku memberitahumu bahwa Rasulullah SAW telah melarangnya, namun engkau terus bermain lempar batu? Maka aku tidak akan mengajakmu bebicara selamanya!" Namun, sikap apatis ini tidak boleh dilakukan dalam waktu yang lama yaitu hanya sampai anak tidak mengulangi perbuatan buruknya lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline