Lihat ke Halaman Asli

Citra Sonia

UIN Walisongo Semarang

Mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang Berpartisipasi dalam Kegiatan Posyandu Margo Utomo 1

Diperbarui: 14 November 2021   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kegiatan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) di Margoyoso Rt.04 dan 05, Kelurahan Tambakaji, Semarang, Jawa Tengah biasa dilakukan di tanggal 10 setiap bulannya. Kemarin (10/11) posyandu yang dinamakan Margo Utomo 1 akhirnya dilaksanakan secara langsung di pos posyandu setempat dengan dibantu beberapa mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang. 

Kegiatan posyandu untuk balita tersebut sempat terhenti selama kurang lebih 2 tahun dan diganti dengan sistem door to door akibat pandemi Covid-19. 

Mahasiswa KKN yang terdiri dari 5 orang atas izin dari ketua RT setempat dan ketua Posyandu, Ibu Tatik membantu pelaksanaan posyandu dari mulai persiapan hingga selesai.

Persiapan dilakukan mulai dari menyiapkan buku, berkas-berkas, nomor antrian hingga menata meja, alat pengukur berat badan, alat pengukur tinggi badan, dan meteran khusus untuk mengukur lingkar kepala dan lingkar lengan, dsb. Kegiatan posyandu tersebut berlangsung dari pukul 08.00 hingga 10.30 WIB. 

Warga setempat yang memiliki bayi dan balita dibolehkan datang ke lokasi dengan membawa buku KMS dan mengambil nomor antrian terlebih dahulu. Mahasiswa KKN membantu kader posyandu Margo Utomo I dan ditempatkan di beberapa bagian, seperti pendaftaran, pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengukuran lingkar kepala dan lingkar lengan, serta di tempat pengisian buku KMS.

dokpri

Kegiatan Posyandu berjalan cukup lancar, namun mengalami beberapa kendala seperti tidak kondusifnya antrian. Salah satu kader posyandu, Bu Rini mengatakan bahwa "Hal tersebut wajar terjadi, karena kader sudah lama vakum dalam pelaksanaan posyandu yang seperti ini. Jadi perlu membiasakan diri kembali. 

Apalagi ini merupakan kegiatan posyandu pertama setelah 2 tahun vakum." Antusias warga dalam mengantarkan balitanya ke posyandu kurang begitu tinggi dilihat dari jumlah peserta yang dating hanya sekitar 16 bayi/balita. Kegiatan posyandu juga sempat dihadiri oleh dua petugas puskesmas yang datang hanya sekedar untuk mengontrol jalannya kegiatan posyandu tersebut.

Ketika salah satu mahasiswa KKN, Citra bertanya kepada Bu Tatik,, selaku ketua posyandu mengenai perbedaan pelaksanaan posyandu sistem langsung dibandingkan dengan sistem door to door, beliau menjawab bahwa "sebenarnya tidak ada perbedaan yang lebih efektif mbak, ketika posyandu dilakukan dengan sistem langsung seperti ini, kerepotan terjadi dari kader posyandu itu sendiri dan juga bayi/balita yang dating. Terkadang bayi/balita yang akan diukur pertumbuhannya merasa takut sehingga menyebabkan keributan tersindiri. 

Kader pun terkadang seperti itu, ada bayi/balita baru dating bersama orang tuanya sudah diminta untuk mengukur berat badan atau tinggi badan langsung. Padahal belum dilakukan pencatatan kehadiran dan persiapan buku bantu catatan pertumbuhan anak. Jadilah akhirnya ada sedikit keributan seperti tadi."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline