Lihat ke Halaman Asli

Citra Rahmah Putri

Mahasiswi PPG Prajabatan Prodi Pendidikan Khusus UPI I Guru Pendidikan Khusus I

Salman Al-Farisi mencari Agama yang tepat, menjemput hidayah Islam sampai Mekkah

Diperbarui: 25 Oktober 2024   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

i. Tentang Salman Al Farisi

Bismillahirrahmanirrahim.

Kisah sahabat Rasulullah yaitu Salman Al Farisi

Salman, mencari agama yang tepat

Salman dari menyembah Majushi atau api mencari pendeta Nasrani mengkaji Injil/ Al kitab dengan sungguh-sungguh. Proses nya mencari Agama tidak main-main, beliau  mendatangi, dan belajar langsung dari guru-guru terbaik. Hingga, Salman sampai pada kesimpulan bahwa islam agama terbaik yang menyempurnakan agama sebelumnya. Serta akan ada Nabi terakhir, Rasulullah yang lahir di mekkah.

Perjalanan menemui Rasulullah pun ditemuh Salman tidaklah mudah. Mulai dari Ia mengikuti para pedagang, dan ditipu. Hingga  berita terburuk, ia menjadi budak saat sampai di Mekkah. Ketika  sudah sampai Mekkah dalam keadaan  menjadi budak, beliau tidak langsung bertemu Rasulullah, tapi beliau dipertemukan oleh sahabat Rasulullah yang bernama Abu Bakar.

Abu Bakar seorang dengan kedermawan yang diketahui semua orang, serta saudagar kaya pada Massa nya. Salman bertemu dengan Abu Bakar, menjadikannya semakin yakin untuk menyatakan ke“islam”annya. Salman memerdekakan dirinya sendiri dengan 300 bibit Kurma, dan diakhiri dengan bershalawat dan masuk islam. MASYAALLAH. Lengkap kisahnya bisa di akses di Menedani Kisah Salman Al Farisi

Begitu menginspirasi kisahnya bagi diriku secara pribadi. Setelah mendengar kajian tentang Beliau. Betapa kegigihan, ketekunan, dan semangat menemukan ilmu, dan kebenaran menggelora dalam diri Beliau. Nilai yang bisa aku ambil dari hal ini yaitu mencari kebenaran, dan ilmu Agama atau ilmu secara umum tidak boleh setengah-tengah. Kita patut berusaha dan mengusahakan dengan mencari guru yang ahli dibidangnya. Sadari betul bahwa pemahaman kita terbatas, dan masih ada diatas kita orang yang lebih paham. kerendahan hati menjadi kunci disini.  

Selamat merenungkan, dan mengevaluasi diri ya. Semangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline