Lihat ke Halaman Asli

Rajutan Restu Ibu pada Sehelai Kebaya Pernikahan

Diperbarui: 3 Januari 2018   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Ibumu

Ibumu

Ibumu

Begitulah jawaban Nabi Muhammad SAW ketika ditanya sahabat tentang siapakah yang wajib dimuliakan antara ibu dan ayah.

Ayah menempati posisi keempat dari jawaban Sang Rasul.

Rasa terima kasih tentu saja tak pernah cukup untuk menyatakan betapa besar jasa ibu pada setiap anak. Tak ada harta yang sanggup membayar segala tindakan, jerih payah, letih, kasih sayang, dan pengorbanan anak kepada ibunya.

Begitu pula dengan saya, yang tidak akan pernah sanggup mengganti segala hal yang diberikan ibu pada saya. Apalagi soal restu.

Apa yang bisa saya lakukan tanpa ibu ?

Sebuah lukisan dan ornamen di badan truk bagian belakang bertuliskan Doa Ibu, bukanlah hanya hiasan semata. Doa ibu menyertai perjalanan sang supir truk agar ia diberi keselamatan dan dijaga dari segala mara bahaya.

Begitu pula doa ibu saya yang selalu dipanjatkan untuk mengiri setiap langkah dan jalan hidup saya. Doa-doanya lirih diucapkan dalam hati, tak hanya saat sembahyang wajib dan sunnah. Tetapi merapal harapan agar Tuhan melindungi saya setiap saat, di mana pun, dan kapan pun.

Mungkin ibu bukanlah perempuan yang fasih mengutarakan kasih dan restunya secara verbal. Atau setia mengelus kepala saya sebelum tidur dan mendongengkan cerita-cerita agar saya pulas terlelap. Ibu tidak pernah melakukan hal itu di depan mata sang anak ketika matanya terbuka. Perhatian ibu saya sering kali tak terlihat, tapi sangat terasa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline