Lihat ke Halaman Asli

Marlistya Citraningrum

TERVERIFIKASI

Pekerja Millennial

Majene, Aset Pariwisata Sulawesi Barat

Diperbarui: 13 Juli 2015   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bicara soal pantai, Indonesia adalah juara. Bagaimana tidak? Dengan kondisi geografisnya yang berpulau, Indonesia hampir selalu identik dengan Bali yang menawarkan pesona tepi laut (dan budaya). Raja Ampat, Pantai Ora, hingga Cubadak, hanya segelintir contoh lainnya.

Iya, Indonesia begitu kaya dengan keindahan alamnya, juga dengan matahari terbit dan terbenamnnya yang bisa disaksikan dari sekian banyak titik. Bali? Lombok? Papua? Sebut saja semuanya. 

Sebenarnya saya tak terlalu menikmati pantai, saya penikmat momen. Sebagai penggemar matahari terbit, saya juga pengagum matahari terbenam. Langit yang merona dan bias sinar mentari yang jingga keemasan ketika senja menjelang tidak pernah gagal membuat saya tercengang senang. Dan saya mengamini perkataan seorang teman bule, "I miss Indonesian's sunsets and sunrises!"

Tak sampai dua bulan lalu, saya menyaksikan senja indah di satu titik tepi laut Indonesia yang lain. Di Majene, tepatnya. Majene adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Barat, kira-kira 8 jam perjalanan darat dari Makassar atau 3 jam dari Mamuju, ibukota provinsi. Bus malam kategori eksekutif tersedia setiap hari dari Makassar (serupa dengan bus malam Makassar-Toraja), sehingga tidak terlalu sulit untuk mencapai ibukota kabupaten Majene.

Hanya seminggu di sana, saya sudah terpesona. Aset Majene memang luar biasa.

Majene dan Pantainya yang Menawan

Majene punya kontur geografis yang unik. Letaknya yang berada di bagian barat provinsi Sulawesi Barat membuat satu sisinya dibatasi sepenuhnya oleh laut, yaitu Selat Makassar. Selat Makassar adalah perairan yang memiliki karakter dalam dan arus bawah laut yang kuat. Lucunya, Majene juga merupakan daerah perbukitan dan pegunungan, yang letaknya tak jauh dari pesisir. Tak seperti kontur daerah di Bali, misalnya, yang melandai, keunikan Majene terletak pada konturnya yang menyerupai palung. Di sepanjang jalan poros Majene-Mamuju, di kiri terlihat laut, di kanan adalah deretan perbukitan dan pegunungan. 

Dari segi alam, Majene punya segala alasan untuk menjadi destinasi wisata pantai yang memukau. Pantai dan laut adalah keniscayaan di Majene, bahkan rumah dinas bupatinya berada di tepi pantai, begitu pula masjid rayanya. Sepuluh menit dari jalan raya kabupaten, kita sudah disuguhi dengan laut biru dan dermaganya yang menyenangkan untuk melamun. Salah satunya adalah Pantai Barane. 

Lima kilometer saja dari pusat kota Majene, Pantai Barane memiliki satu hal yang langsung terbersit di kepala: biru. Lautnya yang biru tanpa cela, pegunungan di kejauhan yang tak kalah biru, dan langit yang juga cemerlang dalam nuansa yang sama membuat pantai ini menjadi tempat singgah banyak warga Majene dan juga penduduk kabupaten sekitarnya. Gelombang lautnya cukup bersahabat, meski zona dangkalnya pendek. Pantai ini ramai di hari libur. Di hari biasa, rasakan sensasi pantai pribadi dan dermaga kayu yang bisa dinikmati sendiri. Foto pra-pernikahan di sini sepertinya pilihan yang bagus.

Tak seberapa jauh dari sana, ada Pantai Dato yang bagaikan Beauty and The Beast. Satu sisi pantainya begitu cantik mulus, dengan bagian landai dan pasir putih yang menggoda. Tak jauh dari sana, ada deretan karang garang yang banyak berlubang karena erosi air laut. Bukannya tak indah, bagian The Beast ini justru menyajikan pemandangan laut lepas berwarna tosca gradasi biru tua. Airnya yang jernih memanjakan mata, dan school of fish (apa ya bahasa Indonesianya? Segerombolan ikan?) terlihat jelas berenang ceria di bawah sana. Di sore hari, banyak anak-anak muda yang berlomba melompat menceburkan diri ke bagian laut yang dangkal.

Begitulah, Majene memang punya segala alasan untuk "menjual" pantainya. Itu baru dua pantai yang berada dekat dengan kota kabupaten. Tunggu sampai kita menyusuri jalan poros Majene Mamuju. Perjalanan saya tiga jam naik motor dari ibukota kabupaten ke kecamatan terluar di Majene ternyata adalah perjalanan tergalau yang pernah saya alami. Bagaimana tidak, di sebelah kiri jalan terhampar laut dengan pantai yang masih perawan, pohon-pohon kelapa yang subur menjulang, dan semilir angin pantai yang mengalahkan penat. Sementara di sebelah kanan, saya melihat tingginya bukit dan gunung hijau yang tak mau kalah bersaing dengan langit cerah berawan kapas. Jadi saya harus menoleh ke kanan atau ke kiri?

Majene juga dikaruniai pemandangan matahari terbenam yang bertaburan sepanjang jalan. Jika untuk mendapatkan pemandangan matahari terbenam di pantai pribadi di Maldives kita harus mengeluarkan sekian gebok rupiah, di Majene, tinggal beranjak ke belakang rumah. Duduk santai menyesap kopi manis, ditemani sepiring tetu, camilan khas Majene yang mirip dengan jenang sumsum. Siapa yang tidak mau melihat pemandangan seperti ini setiap hari?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline