Lihat ke Halaman Asli

Marlistya Citraningrum

TERVERIFIKASI

Pekerja Millennial

Siapa Suka Cokelat?

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di antara tumpukan paper, buku, alat tulis, dan tumbler Starbucks; benda lain yang selalu ada di meja kerja saya adalah sekotak atau sebotol cokelat. Alasannya sederhana: saya mudah lapar dan sering stress. Hahaha.

Fun fact 1: istilah yang saya gunakan disini adalah cacao dan bukan cocoa, menyesuaikan dengan nama Latin pohon cokelat, Theobroma cacao. Istilah cocoa sendiri ada banyak versi sejarahnya, salah satu yang paling populer adalah kesalahan eja oleh bangsa Inggris dan kemudian menjadi istilah yang sering ditukar dengan cacao. Demi nama pohonnya, maka ijinkan saya menggunakan istilah cacao. Hehe.

Cokelat, meski banyak dihindari orang karena "terlalu manis dan membuat gendut", sesungguhnya punya banyak manfaat. Rasanya enak, selain itu cokelat juga memicu produksi hormon endorfin yang membuat kita senang, mengandung  serotonin yang merupakan antidepresan, juga theobromine dan kafein yang merupakan stimulan. Paket komplit: rasa enak, bisa membuat senang dan terjaga.

Ada beberapa studi yang secara spesifik mempelajari pengaruh konsumsi cokelat pada manusia. Sebuah studi oleh grup dari Penn State menyebutkan bahwa cokelat dapat menurunkan kadar kolesterol jahat LDL karena kandungan polyphenol-nya, salah satunya adalah flavonoid. Flavonoid adalah antioksidan yang tidak hanya berguna untuk memerangi kolesterol jahat, juga melindungi kulit dari terpaan sinar UV (eh tapi terus jangan kelupaan menggunakan tabir surya :D). Studi lainnya menyebutkan bahwa cokelat bisa berfungsi seperti aspirin, mengurangi clotting. Cokelat juga dapat meningkatkan peredaran darah sehingga mengurangi resiko sakit kepala. Ada catatan kakinya pasti, tidak serta merta makan cokelat kemudian bisa meredakan sakit kepala ya.

Sehubungan dengan aliran darah tadi, katanya cokelat juga bisa meningkatkan kecerdasan. Sebuah eksperimen matematika yang dilakukan oleh professor di Northumbria University menunjukkan bahwa mereka yang mengkonsumsi sejumlah minuman cacao bisa mengerjakan tugas matematika yang diberikan dengan lebih cepat dan lebih tepat dibanding mereka yang tidak. Yah tapi jangan digeneralisasi untuk semua PR matematika yaaa  (:D).

Dan tahukah Anda bahwa Indonesia adalah negara produsen cacao terbesar ketiga di dunia?

Kalau tahu, syukurlah. Kalau tidak, sekarang udah tahu kan? Hehe.

Cokelat produk jadi yang kita makan itu berasal dari biji cokelat. Biji cokelat ini dikeringkan, lalu dipanggang, dihaluskan, dan dilelehkan. Hasilnya disebut dengan chocolate/cacao liquor. Yang disebut dengan dark chocolate adalah campuran cacao liquor, cacao butter, dan gula. White chocolate tidak mengandung cacao liquor, sedangkan milk chocolate tentu saja dibuat dengan menambahkan susu ke dalam campuran cacao butter dan cacao liquor. Semakin banyak campurannya, semakin berkurang khasiatnya dan muncullah testimoni "cokelat membuat gendut". Ya iya banyak gula dan susunya.

Fun fact 2: theobromine yang terkandung dalam cokelat bisa bersifat racun bagi beberapa binatang seperti kuda, kucing dan anjing. Jadi jangan memberikan sisa cokelat, susu cokelat, permen cokelat pada hewan peliharaan Anda, oke?

Kata dokter saya, makan cokelat sebenarnya malah bisa mengurangi nafsu makan berlebihan karena makan cokelat (yang juga mengandung serat) bisa mencegah kita untuk ngemil yang lain-lain. Ilusi kenyang sebentar, sederhananya. Sedikit berhasil sih untuk saya, tapi berhubung makan saya memang segitu banyaknya, sebotol Lotte Dream Cacao (isinya 100 cokelat dadu) itu ya habis dalam waktu seminggu saja (:D).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline