Lihat ke Halaman Asli

Marlistya Citraningrum

TERVERIFIKASI

Pekerja Millennial

Kesasar di Stasiun Tersibuk di Dunia

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13360412591203568422

Tahukah Anda stasiun mana yang disebut dengan stasiun kereta api tersibuk di dunia? Shinjuku di Tokyo, yang melayani 3,64 juta penumpang per hari. Yap, per hari. Lalu tahukah Anda stasiun tersibuk kedua di dunia? Ikebukuro, masih di Tokyo, melayani 2,71 juta penumpang per hari.

Saya tersesat di dua stasiun itu. Dan diketawain habis-habisan oleh staf hotel yang saya tinggali sewaktu di Tokyo.

Pertama, di Ikebukuro station.

Oktober tahun lalu saya mengikuti konferensi di Tokyo yang tempatnya di Tokyo International Forum. Supaya tidak terlalu jauh kalau mau kemana-mana, saya memilih hotel di Ikebukuro yang direkomendasikan oleh seorang teman asal Tokyo. Berhubung saya datang pas saat sorenya ada opening ceremony, sampai hotel saya sedikit gabrak gubruk karena takut telat (tahu sendiri dong tepat waktunya orang Jepang). Sewaktu berangkat dari hotel, saya lupa membawa kartunama hotel (yang ada peta dan petunjuknya). Sok yakin bahwa saya ingat gimana pulangnya. Dan terlalu pede bahwa stasiun Metro di Tokyo akan sama dengan Taipei: exit-nya mudah dicari dan tidak membuat frustrasi.

Singkat cerita, setelah opening ceremony selesai, saya pulang. Turun di Ikebukuro. Nah, turun dari kereta, saya mengingat-ingat saya harusnya keluar dari West Exit atau East Exit. Parah. Pokoknya yang saya ingat, jika saya keluar dari exit yang benar, harusnya di seberang jalan ada McD. Oke, dengan pedenya lalu saya ke East Exit. Oh ya, West dan East Exit hanyalah dua main gate, selain dua itu, masih ada sekitar 37 exit lain yang kecil-kecil dan membingungkan (plus tulisan seperti “X-exit, 700 m” – belum ketemu exit-nya sudah frustrasi duluan dengan jauhnya). Perjalanan menuju East Exit sendiri memakan waktu lebih dari 20 menit. Setelah keluar dari East Exit, saya kok tidak familiar dengan pemandangan di sekitar situ. Tapi masih yakin (dan berpikiran positif), saya mencoba berjalan beberapa blok, siapa tahu memang saya ada di exit yang benar. Dengan sepatu hak tinggi. Empat puluh menit berputar-putar di sana, tidak menemukan hotel saya (bahkan McD), lalu saya yakin kalau saya keluar di exit yang salah. Daripada kesasar lagi karena tidak familiar dengan jalanannya, saya turun lagi ke bawah tanah (masuk ke stasiun) dan mulai mencari West Exit. Sambil berjalan saya iseng-iseng menghitung berapa jarak East Exit ke West Exit. Tebak. Sembilan ratus dua puluh meter. Hampir satu kilometer! Gilaaaa. Keluar dari West Exit, langsung terlihat McD di seberang dan akhirnya saya menemukan hotel saya. Sampai di hotel, masuk ke lobi, saya langsung mencopot sepatu saya dan duduk lemas di salah satu kursi. Staf-staf yang kebetulan ada di sana bertanya kenapa, dan saya menceritakan kebodohan saya kesasar di Ikebukuro station. Dan yak, saya ditertawakan habis-habisan. Tapi sebagai penghibur, saya disuguhi lemon tea dan kentang goreng gratis.

Kedua, di Shinjuku station.

1336041323664740906

Di sela-sela konferensi, saya menyempatkan jalan-jalan keliling Tokyo, termasuk ke Shinjuku. Niatnya sih ke Lumine Est mall dan makan di sana karena katanya ada sushi yang enak (saya bukan penggemar sushi tapi mau dong nyobain sushi asli Jepang). Kata si staf hotel, saya harus keluar dari JR East Exit. Iya, di Jepang ada “bermacam-macam” kereta: Metro, JR, Toei (silakan merujuk ke tulisan saya disini). Karena saya naik Metro, keluar dari kereta saya harus mencari dulu platform JR itu di mana. Bermodal mengikuti penunjuk arah yang masih saja membingungkan, plus sekian banyak orang yang lalu lalang, saya sudah stres duluan. Jadinya entah kenapa saya malah saya kesasar sampai di JR West Entrance/Exit. Hiyaaa, berlawanan arah. Daripada bingung saya lalu bertanya ke petugas stasiun dengan bahasa Jepang plus bahasa Tarzan, lalu saya diberi “peta” (coret-coret tangan) yang kiranya bisa membantu. Si petugas bertanya kenapa saya tidak menggunakan GPS handphone saja (modern banget sarannya!), lalu saya katakan kalau nomor handphone saya tidak aktif di Jepang, jadi sama saja, saya tidak bisa menggunakannya. Okelah, saya lalu berjalan lagi mengikuti petanya, dan guess what, saya membutuhkan waktu sejam untuk akhirnya keluar dari stasiun. Sudah kesasar, kelaparan pula. Untung akhirnya ketemu. Hehe.

Pulangnya, daripada susah mencari platform Metro, akhirnya saya naik JR. Dan sampai Ikebukuro, saya kesasar lagi karena tidak familiar dengan jalur JR. Baru jam 12 malam saya sampai di hotel, dan lagi, jadi bahan tertawaan para staf. Hihihihi.

Pelajaran dari cerita ini: pastikan GPS handphone aktif saat berada di Shinjuku atau Ikebukuro station! :D

-Citra

P.S. Semua foto koleksi pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline