Lihat ke Halaman Asli

Marlistya Citraningrum

TERVERIFIKASI

Pekerja Millennial

Pentingnya CV yang Bagus

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aspek penting pertama ketika melamar pekerjaan adalah curriculum vitae (CV) yang menarik dan ‘menjual’. CV tidak hanya memberikan rangkuman informasi dan kualifikasi diri pelamar, tapi juga harus menonjolkankelebihan dari si pelamar, apa yang membuatnya ‘harus dipilih’ dari sekian banyak pelamar lain.

Dulu, ketika lamaran pekerjaan masih dikirim lewat pos, CV biasanya dicetak dengan kertas berkualitas bagus, sampul yang menarik, atau dikirim via FedEx sehingga langsung sampai ke meja HRD karena ‘terasa penting’. Di zaman digital, CV dikirim lewat email, atau bahkan hanya ‘sekedar’ mengisi formulir online untuk basic screening, yang menjadikan pelamar harus pintar-pintar menyusun CV yang tailor-made untuk pekerjaan yang spesifik.

Ya, ini yang terkadang dilupakan pelamar kerja. Mereka cenderung membuat dan mengirim CV yang sama ke berbagai jenis perusahaan (atau posisi pekerjaan) untuk efisiensi, padahal CV yang ‘standing out’, yang berbeda, yang spesifik, itulah yang dicari. Karena itu CV yang bagus haruslah tailor-made, disesuaikan dengan perusahaan yang akan dilamar, lebih spesifik lagi, posisi yang diinginkan.

Digital screening yang dilakukan sebagai tahap awal biasanya memasukkan kata-kata kunci yang berhubungan dengan bidang kerja yang dimaksud, misalnya bila yang diinginkan adalah process engineer, maka deskripsi keahlian atau pengalaman hendaknya memasukkan kata-kata seperti piping, instrumentation analysis, process development, process and equipment design, risk analysis, dan sebagainya. Hard-skills (keterampilan teknis, pengalaman kerja/magang) penting untuk dicantumkan segera setelah informasi pribadi (nama, alamat, dsb) sehingga pembaca CV bisa langsung tahu kemampuan si pelamar. Cantumkan secara ringkas disertai dengan sertifikasi profesional, bila ada; dan specialties (spesialisasi), misalnya meski saya kuliah di jurusan teknik kimia, spesialisasi saya adalah water and wastewater treatment.

Untuk soft-skills (yang berhubungan dengan kepribadian), hindari mencantumkan ringkasan yang terlalu umum seperti “having excellent presentation skills, willing to work in a team”. Selain kurang spesifik dan terlalu banyak dicantumkan oleh pelamar kerja sehingga daya tariknya menjadi berkurang, kata-kata sifat seperti “excellent” juga sangat subjektif dan sulit untuk dibandingkan (excellent dibanding dengan dengan siapa? dengan Steve Jobs?). Intinya, kualifikasi yang sulit dikuantifikasi biasanya menurunkan interest dari perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan, karena tidak ada standar yang bisa mereka terapkan.

Prestasi atau pengalaman berorganisasi juga penting, namun buatlah “sebaru” mungkin. Menjadi siswa teladan di SMA tentu saja tidak akan berpengaruh banyak bila si pelamar melamar pekerjaan setelah lulus S2. Sama halnya ketika seorang doktor melamar untuk posisi post-doctoral fellow, publikasi yang dicantumkan haruslah yang paling baru, biasanya sampai 5 tahun ke belakang. Lebih dari itu, signifikansinya menjadi berkurang.

Jika melamar ke perusahaan multinasional (multinational corporation/MNC), tentunya kemampuan berbahasa Inggris (atau bahasa lain yang diiinginkan) tentulah penting. Sempatkan untuk mengambil official foreign languge test seperti TOEFL atau IELTS, dan bukan yang institutional. Apa bedanya? Institutional testing adalah tes yang diselenggaran sebuah badan/institusi bahasa untuk mengetahui level bahasa Inggris (misalnya), lebih menyerupai practice test. Setiap institusi atau tempat kursus bahasa bisa menyelenggarakan tes ini, dan hasilnya mungkin bisa dipakai di beberapa tempat. Official test adalah tes yang secara resmi diselenggarakan oleh badan yang diakui secara internasional untuk mengeluarkan sertifikasi bahasa (untuk TOEFL: ETS, untuk IELTS: British Council-IDP-Cambridge ESOL). Hasil sertifikasi ini terbatas ‘masa berlakunya’, misalnya IELTS hanya bisa digunakan tidak lebih dari 2 tahun sejak tanggal tes. Persiapkan diri (dan uang) untuk bisa mencapai skor yang bagus sehingga tidak perlu mengulang. Empat tahun lalu ketika saya melamar pekerjaan ke sebuah MNC yang bergerak di bidang energi, regional manager yang mewawancarai saya dengan blak-blakan mengatakan hal pertama yang membuatnya menjadikan saya short-list candicate adalah skor official IELTS saya yang di atas 7, lepas dari kondisi saya yang saat itu benar-benar fresh-graduate, bahkan belum wisuda.

CV yang bagus saja memang tidak menjamin kita mendapatkan pekerjaan. Tapi CV yang tidak bagus bisa saja mengakibatkan kita kehilangan kesempatan untuk maju ke tahap berikutnya.

Mari membuat CV yang bagus! *lulus aja belum*

-Citra

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline