Sebagai seseorang yang mendeklarasikan diri sebagai pejuang busway, saya punya beberapa catatan tentang Transjakarta (TJ). Ada yang manis, ada pula yang sedikit asem.
1) Over capacity
Pada dasarnya saya mengamati saat jam-jam sibuk, jumlah armada dalam satu jalur memang lebih banyak dibanding bukan saat jam sibuk. Sebuah langkah yang tepat diambil untuk mengatasi jumlah penumpang yang membludak, meski tetap saja jangan berharap menemukan TJ yang lowong sehingga bisa nari balet di dalemnya. I know that. Entah karena jumlah armada yang tidak sebanding dengan penumpang atau memang kurang bisa memperkirakan standar 'kenyamanan' jumlah penumpang berdiri dalam TJ, saya sering menemukan petugas (dalam bus) TJ yang kurang pas menghentikan penumpang yang masuk. Seakan-akan kalau pintu masih bisa ditutup, angkut saja. Tidak hanya tidak nyaman menggunakan TJ dengan metode jejalkan ikan teri dalam satu wadah, situasi seperti ini rentan copet. Tidak sekali dua kali saya menjumpai penumpang yang kehilangan dompet atau telepon genggam, terutama mereka yang berdesak-desakan di pintu tengah TJ panjang.
Tak cuma petugas TJ yang 'salah', penumpang juga. Banyak yang memaksa masuk meskipun sudah jelas TJ di depan mata itu penuh sepenuh-penuhnya.
2) Keamanan
Berhubungan dengan over capacity juga ya. Tempat rentan memang di bagian tengah, zona campur wanita dengan pria. Namun pihak TJ sendiri sudah menunjukkan langkah proaktif dengan pengumuman waspada yang selalu diulang-ulang di setiap halte, tak cuma dengan rekaman, juga oleh petugas pintu TJ yang tak bosan mengingatkan. Petugas TJ juga cukup sigap dengan laporan kehilangan dan sepertinya dilatih untuk mengenali gerak-gerik pencopet (atau sering memperhatikan sendiri). Pernah satu kali ada seorang bapak yang kecopetan di TJ, bus sudah jalan, dan petugas TJ menelepon petugas TJ di halte sebelumnya untuk menginformasikan ada pencopet turun di halte tersebut, lengkap dengan ciri-cirinya.
3) Bisa beli e-ticket di mana sih?
Ada yang bisa membantu saya? Dari sekian banyak halte TJ yang saya datangi, stok e-ticket selalu habis. Padahal sebagai pengguna harian TJ, saya tentu lebih memilih mode pembayaran yang ini. Memang jumlahnya yang terbatas atau saya yang kurang berkeliaran ke halte lainnya? Tanya teman, jawabannya apa coba? "Ya coba halte lain dong."
Yes keleus.
4) Amari
Ada masanya saya pulang kantor di atas jam 10, dan amari (angkutan malam hari) TJ menjadi jawaban kegalauan saya karena tak harus pulang naik taksi. Amari beroperasi jam 10 hingga jam 11 malam, dan memang tidak berhenti di halte tertentu, namun malah membuat perjalanan lebih cepat.