Enam tahun lalu, ketika sedang bingung memutuskan akan melanjutkan kuliah di mana, saya banyak mengandalkan Google. Di antara tiga negara yang menjadi tujuan saya, hanya Taiwan yang membuat saya bete abis karena minimnya informasi mengenai Taiwan di internet. Informasi umum dan wisata saja jarang, apalagi tentang pendidikan dan gaya hidup.
(jangan bilang siapa-siapa, tapi justru karena 'buta' itu akhirnya saya memutuskan pergi ke Taiwan, sok adventurous gitu deh)
Berbekal kenyataan pahit itu, tak lama setelah tinggal di Taiwan, saya mulai konsisten menulis mengenai kehidupan saya di sana. Tak cukup berkutat di masalah akademis (yang bagi sebagian orang membosankan), juga tentang apa yang saya lihat dan rasakan, tentang kafe-kafe lucu yang saya kunjungi, tentang kebiasaan masyarakatnya yang worthy to be shared. Waktu itu motivasinya sederhana: supaya teman-teman tahu tentang negara yang sedang saya tinggali, supaya keluarga saya juga ngeh seperti apa Taiwan dan orang-orangnya.
Konsistensi menulis itu memang penting, terutama ketika tulisan yang kita buat isinya mengenai informasi. Pendek kata, tulisan yang semi reportasi dalam rupa fitur, dan bukan berupa opini. Bagi sebagian orang, menulis adalah sarana aktualisasi diri dan hobi, yang karenanya jarang dilakukan secara sistematis dan konsisten. Suka-suka, apalagi yang moody (saya pun termasuk). Ketika tulisan saya mengenai Taiwan sudah banyak tersimpan di blog, saya mulai melirik media yang kalangan pembacanya lebih luas, kemudian saya menemukan Kompasiana dan ternyata di sini banyak audiens yang serius membaca tulisan saya. Melihat sejauh mana tulisan saya tentang Taiwan bisa menjangkau orang dan membaca berbagai komentar di sana, saya mulai sadar bahwa apa yang saya tuliskan kini tak hanya menjangkau keluarga dan teman-teman saja, melainkan juga teman teman teman teman saya. Banyak yang kemudian menyebut saya di Twitter, Facebook, hingga email menanyakan beberapa hal tentang Taiwan. Maka saya jadi lebih rajin menulis, kala itu.
Selain konsistensi menulis, ketika tujuannya untuk berbagi informasi, yang tidak kalah penting adalah menemukan dan mengundang audiens untuk membaca. Dan di era praktis ini, kalau mau beranalogi, semua orang suka pergi ke mall yang pada dasarnya adalah one stop entertainment place. Akhirnya saya memutuskan untuk menjadi profesional dengan punya blogdan Facebook page khusus tentang Taiwan.
Blog dan halaman Facebook dengan tajuk Cerita Tentang Taiwan ini memang terhubung, di mana posting di halaman Facebook-nya kebanyakan adalah tulisan yang ada di blog. Awalnya saya 'hanya' memindahkan berbagai tulisan saya terkait Taiwan dari Kompasiana dan blog lain, dengan sedikit perubaha editorial, menyesuaikan waktu dan konteksnya. Misalnya tulisan tentang studi di Taiwan yang awalnya ditulis di tahun 2012, ketika saya pindahkan ke Cerita Tentang Taiwan, ada beberapa hal yang saya sesuaikan karena perbedaan biaya kuliah di tahun 2013. Tricky-nya memang di sini, konsistensi menulis itu tak hanya melulu soal menulis banyak dan teratur, juga tentang selalu ter-update dengan perkembangan terbaru sehingga informasi yang kita sampaikan tidak kadaluarsa. Selain menyesuaikan editorial dan perkembangan terbaru, saya juga memisahkan tulisan-tulisan tersebut dalam beberapa kategori sehingga lebih mudah diakses oleh mereka yang ingin membaca. Tak kurang, selalu ada sticky post di bagian atas yang isinya adalah tulisan yang menurut saya paling penting untuk diketahui tentang Taiwan.
Sebagai sebuah blog yang memiliki tema dan isi spesifik, Cerita Tentang Taiwan cukup banyak dikunjungi mereka yang memiliki keingintahuan mengenai Taiwan, baik itu dari segi pendidikan, kesehatan, hingga liburan. Ada yang meninggalkan pertanyaan dan komentar di blog, ada pula yang melalui jalur pribadi. Tidak sekali dua kali saya menerima email pertanyaan mengenai Taiwan, misalnya ini:
Saya menjawab sebisanya, dengan pengetahuan yang saya miliki sesuai waktu ketika saya tinggal di Taiwan. Jika memang tidak tahu dan tidak mengikuti perkembangan terkini, saya akan ungkapkan itu dan meminta maaf bila informasi yang saya berikan kurang relevan atau kurang update. Setidaknya, saya bisa membantu meski tidak banyak.
Senang bisa membantu orang? Tentu, apalagi bila bantuan yang kita berikan itu benar-benar bermanfaat. Dan yang paling membuat saya merasakan maknyes adalah ketika saya diberi tahu bahwa tulisan saya tentang Taiwan itu membantu si A pergi conference ke Taiwan, si B mempersiapkan diri sebelum kuliah di Taiwan, si C tetap bersemangat dengan kuliah S3-nya meski berat.
Jadi ya, saya sebenarnya tidak punya alasan untuk berhenti menulis.