Organisasi mahasiswa menjadi wadah mahasiswa dalam menata arah pengabdian selama berada dalam dunia kampus. Tak perlu diragukan lagi, banyak pemimpin saat ini yang dahulunya aktif semasa kuliah, hal ini menunjukkan betapa pentingya peran organisasi mahasiswa. Soekarno adalah aktivis kampus yang handal hingga beliau menjadi menghadiahkan kemerdekaan bagi Indonesia, begitu juga dengan pimpinan KPK seperti Antasary azhar dan Candra Hamzah yang mana beliau adalah mantan Ketua Senat dikampus masing-masing.
Seiring berjalannya waktu, tepatnya setelah masuk era reformasi, kondisi politik di indonesia menuju kearah yang lebih kondusif, sehingga pergerakan mahasiswa tak begitu signifikan dampaknya. Dalam pandangan saya, kondisi yang tenang ini turut membawa dampak pada organisasi mahasiswa, mereka menjadi kehilangan medan perang dan mulai kecanduan dengan mengelola kegiatan yang bersifat program jangka pendek dan dampak yang instan. Satu organisasi mahasiswa bisa mengelola sampai 60 kegiatan dalam satu tahun. Semakin besar ruang lingkup dan intensitas suatu kegiatan seakan menjadi indikator keberhasilan bagi kebanyakan mahasiswa saat ini. Lalu bagaimana dengan konsep organisasi sebagai pelayan mahasiswa? Apakah kegiatan yang banyak itu telah memenuhi konsep pelayanan terhadap segala kebutuhan mahasiswa? Apakah organisasi telah mendorong peningkatan prestasi mahasiswa? Pengabdian masyarakat? Untuk itu, saya mengajak kita semua untuk merenungkan kembali arah pengabdian organisasi mahasiswa yang ingin dicapai.
Pertama, organisasi mahasiswa harus sadar bahwa mereka ada untuk melayani mahasiswanya, bukan untuk melayani dan mengagungkan mahasiswa kampus lain melalui berbagai program seminar dan perlombaan yang menghabiskan dana dalam jumlah yang tak sedikit. Ormawa harus melayani mahasiswa melalui program dan bantuan advokasi, baik itu akademik ataupun sifatnya kegiatan kemahasiswaan. Memberi dukungan moril melalui dukungan saat perwakilan mahasiswa berlomba dan dukungan materil seperti transportasi, ini adalah bentuk nyata dari peran ormawa yang ideal. Ini adalah hal yang paling sederhana dilakukan ormawa, namun sudah cukup membuat mereka ketergantungan dengan organisasi kalian dan pada akhirnya eksistensi partisipasi mahasiswa yang sawalnya apatis akan bangkit dengan sendirinya.
Kedua, pengabdian kepada donatur abadi pendidikan di Indonesia, yaitu masyarakat. Berapa lama waktu yang kita alokasikan untuk memberi sedikit perhatian pada masyarakat? Masyarakat memang tak butuh balas budi, namun tegakah kita terus menerima subsidi pendidikan dari mereka? Tanpa memberi sedikit perhatian sebagai ucapan terimakasih? Melalui kajian akademis yang sistematis tentang isu terkini di Indonesia dan kemudian menyampaikan pada masyarakat secara santun merupakan contoh pengabdian pada masyarakat yang paling sederhana, namun besar dampaknya. Seperti apa yang dilakukan Keluarga Mahasiswa ITB saat masa orientasi mahasiwa baru, mereka menggerakkan semua unsur dalam organisasi mahasiswa untuk melakukan sosialisasi pada masyarakat mengenasi kesiapan masyarakat menghadapi pasar tunggal Asean atau Asean Economic Community dalam acara Car Free Day Dago. Mulai saat ini, niatkan dalam hati, ucapkan dalam bentuk janji, dan implementasikan dalam bentuk program, bahwa pengabdian pada masyarakat menjadi bagian dari ruh seorang mahasiswa Indonesia.
Ketiga, Organisasi mahasiswa harus mampu berkolaborasi dengan organisasi terkait untuk mendukung tercapainya tujuan bersama. Berkolaborasi dalam bentuk penataan jadwal kegiatan yang lebih terencana, berkolaborasi dalam mengembangkan jaringan, hingga berkolaborasi dalam bentuk kegiatan bersama. Suatu terobosan dalam organisasi kemahasiswaan harus didukung oleh semua lini organisasi, termasuk organisasi lain yang memang memiliki arah pengabdian yang sama.
Demikianlah harapan saya pada organisasi kemahasiswaan, khusunya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran. Semoga bisa menjadi pertimbangan, karena organisasi esok harus lebih baik dari hari ini dan bisa menghasilkan terobosan dalam menghadapi perkembangan zaman yg kiat pesat. Selamat menghadapi Asean Economic Community, kawan-kawan mahasiswa FEB Unpad ! Hidup mahasiswa FEB Unpad ! (Citrajoni/FebUnpad)
Tulisan ini telah dimuat pada website resmi feb.unpad.ac.id
[caption id="attachment_350348" align="aligncenter" width="130" caption="Sago political Institute (SPI)"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H