Lihat ke Halaman Asli

Citra Dwikasari

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Analisa: Nuklir Korea Utara dan Kebangkitan Perang Dunia Ketiga

Diperbarui: 11 Mei 2020   16:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

Perang dunia ketiga merupakan peristiwa yang menakutkan apabila terjadi dalam waktu dekat yakni awal tahun 2020. Hal ini didasarkan pada trauma akan dampak yang dirasakan baik saat dimulainya perang dunia ketiga maupun fase pasca berakhirnya perang dunia ketiga. Belajar dari efek yang dirasakan sebagai akibat dari perang dunia I dan II yang sangat nyata dimana menyebabkan kerugian besar bagi seluruh negara di dunia secara materi dan psikis. Akhir – akhir ini, tepatnya pada awal tahun 2020, dunia internasional digemparkan dengan isu terjadinya perang dunia ketiga. Banyak peristiwa yang melandasi dimulainya perang dunia ketiga, misalnya pada peristiwa yang menjadi pertanda yakni dibunuhnya Jenderal Iran oleh Amerika Serikat. Namun di sisi lain, terdapat isu lain yang turut menjadi perhatian dunia dan dianggap sebagai cikal bakal dimulainya perang dunia ketiga yakni peristiwa uji coba rudal balistik oleh Korea Utara. Meskipun sebelumnya, kematian Jenderal Iran yang sempat menghebohkan dunia bahwa akan terjadi perang dunia ketiga, namun hingga saat ini peristiwa tersebut tidak berimbas jauh kepada dimulainya perang dunia ketiga. Sorotan utama dunia internasional sebagai penyebab dimulainya perang dunia ketiga justru akan terjado jika berawal dari Korea Utara (DePetris, 2020).

Tulisan ini akan menjelaskan lebih lanjut mengenai analisa munculnya isu perang dunia ketiga dan probabilitas kejadian dikaitkan dengan uji coba senjata nuklir Korea Utara. Dengan menggunakan teori Konstruk dengan didasarkan pada fakta yang terjadi disertai dengan pandangan dunia internasional terhadap peristiwa ini maka dapat dianalisa arti dari tindakan Korea Utara yang melakukan uji coba senjata.

Munculnya isu akan terjadi perang dunia ketiga didasarkan pada adanya peningkatan signifikan terhadap intensitas uji coba senjata nuklir yaitu rudal balistik oleh Korea Utara, terutama dapat dilihat pada uji coba terbaru pada 2 Maret 2020 (Sang-Hun, 2020),  sebagaimana yang dikemukakan oleh Kepala Staf Gabungan Korea Selatan yang merupakan negara terdekat secara geografis dengan Korea Utara pada pernyataannya bahwa pada tanggal 9 Maret 2020, Korea Utara pada satu minggu sebelumnya telah melakukan penembakkan tiga proyektil misil di Provinsi Hamgyong Selatan, tepatnya di daerah Sondok diatas laut ke arah timur (Chanel News Asia, 2020).  Sebelumnya, merupakan sebuah kebiasan Korea Utara jika dilihat dari kepemimpinan pada masa Kim Il Sung, Kim Jong Il, hingga Kim Jong Un dari kurun waktu kepemimpinan  1972 hingga 2017 terhitung telah melakukan uji coba senjata sebanyak 119 kali (Berlinger, 2017). Berdasarkan aktivitas uji coba senjata nuklir ini menimbulkan berbagai respon dunia internasional salah satunya adalah prediksi akan terjadi perang dunia ketiga dalam waktu dekat. Retorika yang beragam muncul dari pandangan para pemimpin dunia. Dengan adanya kemudahan terhadap akses teknologi saat ini, menjadikan penyebaran informasi meningkat bahkan sulit terkendali.

Sikap Korea utara tergolong ekstrem jika dibandingkan dengan situasi yang sedang terjadi di dunia dengan membandingkan dengan negara lain yang juga memiliki nuklir. Dalam hal ini, Kim Jong Un sebagai pemimpin Korea Utara mengedepankan simbol nasionalismenya yang sebenarnya semua negara melakukan hal serupa namun berbeda bentuknya. Hal ini jika merujuk pada asumsi Ian Bremmer pada bukunya berjudul G Zero World ~ Every Nation for Itself bahwa tindakan ini bertujuan untuk mendapatkan pembenaran sejarah. 

Oleh karenanya, tindakan uji coba senjata nuklir oleh Korea Utara jika dilihat dari probabilitasnya untuk memicu terjadinya perang dunia ketiga seperti yang sempat menjadi sorotan bersama di awal tahun 2020 merupakan hal yang tergolong miskalkulasi, meskipun potensi ketegangan tetap ada. Landasan nuklir Korea Utara sebagai pemicu perang dunia ketiga yakni adanya hubungan yang tidak bersahabat antara Amerika Serikat dan Korea Utara sehingga ketika Korea Utara memulai konflik dengan nuklirnya, maka akan membelah dunia menjadi minimal dua aliansi sehingga perang dunia ketiga akan terjadi (Mizokami, 2020). Hal ini dikarenakan pada pembawaan Kim Jong Un yang nasionalisme dirinya tergolong ekstrem. Perang dunia adalah perang skala besar juga berdampak besar. Jika dilihat dari perang berskala besar yang pernah terjadi, seperti perang dunia I menyebabkan kematian 40 juta jiwa dan  perang dunia II menyebabkan korban jiwa sebanyak 70 – 85 juta jiwa. Oleh karenanya, besar ‘ongkos’ yang harus dibayarkan oleh Korea Utara dan seluruh dunia serta dampak kerugian lainnya yang tidak terduga apabila terjadi perang dunia ketiga.

Sebagai tindak lanjut, mengingat bahwa Korea Utara sedang tidak terikat dengan moratorium tes nuklir dan rudal balistik antar-benua sebagaimana  pernyataan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada bulan Desember 2019, untuk menciptakan tindakan Korea Utara dapat terbatasi dan terkontrol, maka kelanjutannya adalah dengan membentuk sebuah kesepakatan terkait nuklir Korea Utara atau great deal untuk menghasilkan sebuah kesepakatan yang strategis dan adil (A strategic, fair deal). Tentunya, akan ada transaksi "take and give" diantara Korea Utara dan aktor negara atau lainnya yang mengecamnya (dalam hal ini salah satu pihak permisalan adalah Amerika Serikat). Adapun konsekuensi dari great deal ini dapat berupa sanksi ekonomi, perjanjian pembatasan pengembangan nuklir atau pemusnahan nuklir Korea Utara (meskipun penulis menganggap untuk memusnahkan 100% nuklir adalah hal yang mustahil), dan komitmen – komitmen lainnya yang menjadi kesepakatan bersama.

Untuk menganalisa kehadiran persepsi akan terjadi perang dunia ketiga, senada dengan analisa seorang pengamat hubungan internasional spesialisasi Korea Utara, Teguh santosa, penulis menganalisa bahwa adanya prediksi atau analisa terjadinya perang dunia ketiga yang disebabkan oleh Korea Utara merupakan perspektif yang objektif. Dalam kurun waktu berakhirnya perang dunia kedua hingga saat ini, isu terjadinya perang dunia ketiga merupakan hal yang sering dibahas oleh dunia internasional. Adanya konstruk sosial terhadap kepemimpinan Kim Jong Un yang bercitra bengis dan sejenisnya menjadikan munculnya persepsi akan terjadi perang dunia ketiga (Indozone, 2020). Terutama isu perang dunia ketiga marak diberitakan oleh media yang berasal dari Barat. Persepsi merupakan hal yang sangat menentukan bagaimana sebuah negara atau aktor men-judge sebuah fenomena.  

Adapun uji coba senjata oleh Korea Utara dimaknai sebagai sebuah ancaman oleh dunia internasional. Hal ini dikarenakan keberadaan persepsi yang mengonstruk mayoritas pemikiran pemimpin dunia (terutama Barat) bahwa Korea Utara adalah musuh Amerika Serikat sehingga tindakan provokatif yang memicu kemarahan Amerika Serikat oleh Korea Utara dapat diartikan sebagai awal mula konflik yang berujung perang dunia ketiga. Hal ini sejalan dengan asumsi teori konstruk bahwa perilaku negara didorong oleh intersubyektivitas atau penafsiran satu sama lain yang saling memengaruhi (Burchill, 2005). Penafsiran tersebut melahirkan identitas yang membentuk persepsi yang sama diantaranya.  Dalam realitasnya, persepsi negara lain terhadap Korea Utara  menciptakan gambar tidak seragam melainkan bervariasi, namun mayoritas terutama negara Barat mempersepsikan bahwa tindakan Korea Utara adalah tindakan provokatif kepada Amerika Serikat yang memicu perang dunia ketiga.

Oleh karena itu, adanya isu akan terjadi perang dunia ketiga yang dikaitkan dengan tindakan Korea Utara sebagai pemicu, yakni dengan melakukan uji coba senjata rudal balistik merupakan sebuah analisa yang miskalkulasi. Hal ini didasarkan pada minimnya dorongan dari pemimpin Korea Utara sendiri untuk menggunakan nuklirnya sehingga menciptakan perang dunia ketiga melainkan manifestasi kebijakn juche sebagai upaya pertahanan diri Korea Utara. Munculnya persepsi oleh dunia internasional (terkhususnya media Barat) terhadap tindakan Korea Utara yang akan memicu perang dunia ketiga dikarenakan adanya persepsi yang terkonstruk dan diterima oleh para pemimpin dunia sehingga dapat menyimpulkan analisa akan terjadi perang dunia ketiga. Tindakan Korea Utara bukan upaya memicu perang dunia ketiga (meskipun tetap memicu ketegangan di dunia), melainkan sebagai upaya memperjuangkan harga diri dan sebagai power mempertahankan keamanan negaranya agar dapat hidup damai berdasarkan persepsi pribadi Korea Utara. Terlebih lagi, saat ini dunia sedang berjuang mempertahankan keselamatan negara dari serangan pandemic COVID-19 sehingga isu penanganan COVID-19 menjadi isu prioritas dibandingkan perang dunia ketiga.

Bibliography

Berlinger, J. (2017, Mei 29). North Korea's Missile Tests by the Number. Retrieved from Edition CNN: edition.cnn.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline