Bintaro, 2013.
Budi ternganga tak percaya. Ditatapnya brosur penawaran rumah itu dengan nanar. Dibolak-baliknya seperti sedang mencari sesuatu, namun tak jua ketemu.
Tapi memang tidak ada yang salah dengan brosur tersebut. Harga rumah sudah jauh melambung tinggi dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Apalagi di daerah "hot zone" seperti Bintaro, Serpong dan Cibubur. Rumah mungil dengan luas kurang dari 100 meter persegi bisa dibanderol seharga sekitar Rp1 miliar.
Budi jelas tidak punya dana siaga senilai Rp1 miliar. Seperti layaknya keluarga muda lain di Indonesia yang baru pertama kali membeli rumah, ia berencana memanfaatkan fasilitas Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dari perbankan. Pun demikian, cicilan per bulan sebesar Rp8 juta rupiah terasa sangat memberatkan. Itu memakan hampir seluruh gajinya.
Budi tak habis pikir, bagaimana bisa harga rumah bisa demikian menggila....
===
Periode 2012-2013 memang tercatat sebagai masa-masa unik dalam sejarah penjualan rumah di Indonesia.
Pengembang seperti berlomba menawarkan produk mereka. Iklan rumah terpajang dimana-mana. Sebuah program televisi bahkan terkenal dengan jargon, "segera pesan unit Anda sekarang karena Senin harga naik!"
Anehnya, di tengah penjualan yang demikian gencar harga rumah justru terus naik. Bahkan seperti terbang tak terkendali.