Lihat ke Halaman Asli

Wujud Syukur Aqiqah di Pulau Terpadat dan Terpencil di NTB

Diperbarui: 16 Juli 2022   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prosesi aqiqah pada bayi, sumber foto: buku PAI dan BP Penerbit Kemenag RI

Citra Maulida - Nusa Tenggara Barat - Pada dasarnya Aqiqah adalah proses kegiatan menyembelih hewan ternak pada hari ke tujuh setelah bayi dilahirkan. Hal ini dilakukan sebagai wujud rasa syukur kepada Allah SWT. Aqiqah biasanya dilakukan pada hari ke-7, ke-14, atau ke-21 setelah kelahiran seorang anak. Di Pulau Maringkik, Kecamatan Keruak, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat(NTB) Aqiqah yang biasa dilakukan di masjid. Cara itu selalu dilakukan oleh pulau terpadat dan terpencil di NTB. Luas pulau tersebut kisaran 11 Hektare dengan jumlah penduduk pada tahun 2022 yakni 2.105 jiwa, data tersebut saya dapatkan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil(Dukcapil).

Aqiqah selain merupakan wujud rasa syukur di pulau tersebut, aqiqah juga dijadikan sebagai tradisi yang tidak boleh terlupakan Upacara aqiqahpun dilakukan dengan prosesi penyembelihan hewan ternak seperti kambing, lalu dibagi-bagikan kepada keluarga dan tetangga terdekat, selain sebagai tradisi umat Islam juga bisa melancarkan silaturahmi antar sesama muslim.

Secara bahasa, aqiqah memiliki arti yakni "memotong" yang berasal dari bahasa arab "al-qat'u". Terdapat juga definisi lain aqiqah yaitu " rambut bayi yang baru dilahirkan". Yakni bisa disimpulkan aqiqah adalah pemotongan rambut bayi yang baru dilahirkan kalau dalam bahasa Pulau Maringkik yang terkenal dengan beragam suku yakni Suku Bugis, Bajo, Sasaq, Ende, Mandar namun lima suku tersebut dipadukan menjadi suku bajo sehingga bahasa yang mendiami pulau tersebut yakni bahasa bajo, dalam bahasa bajo aqiqah(iyane dikettak bulu naq dikkiq me oncoh tikolokna" yang artinya (ialah bayi yang akan di potong rambutnya pada ujung kepala atau ubun-ubunnya) dan di saksikan oleh puluhan manusia serta para tokoh-tokoh dan sesepuh yang ada di pulau tersebut. Karna tradisi yang masih kental di pulau tersebut ialah rasa kebersamaan yang tinggi.

Sehingga ketika aqiqah tiba puluhan manusia se-pulau Maringkik menyaksikan proses aqiqah pada bayi tersebut meski dikategorikan bukan termasuk bagian keluar si anak yang di aqiqah. Namun tradisi kebersamaan disana pada hari-hari penting seperti maulid nabi Muhammad SAW, Aqiqah. Masyarakat Pulau Maringkik berbondong bondong ikut serta dalam acara tersebut.

Pulau tersebut selain memiliki kebersamaan tinggi juga dijuluki pulau Terpencil, Terpadat, Terluar(3T) meski pulau yang dijuluki 3T. Namun jiwa kebersamaan antar sesama nya tidak pernah lekang oleh zaman. Karna memang di pulau tersebut masyarakat masih memiliki kebiasaan tradisional, seperti menggunakan bara api untuk memasak kebutuhan atau keperluan, masih terbilang tertinggal oleh teknologi. Namun hal yang membuat penulis kagum pada pulau 3T tersebut, ketika maulid nabi pun terlihat jiwa kebersamaannya yang masih kental dan proses aqiqah bayi meski beda kampung terlihat berbondong-bondong untuk saling membantu sesama hingga proses acara aqiqah selesai. Sehingga tidak jarang acara besar dan penting di pulau tersebut yang tak sukses, karna sistem kerjanya ialah bersama-sama untuk mensukseskan suatu acara yang sedang mereka jalankan.

Pulau dengan beragam suku namun tetap mengedepankan rasa yang satu, sumber foto:Dokpri

Kepala Desa Pulau Maringkik, Nusapati mengatakan setiap acara aqiqah warganya berbondong-bondong ikut serta saling bahu membahu untuk saling membantu dalam acara yang menurut warga pulau sangat penting untuk di sukseskan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline