Lihat ke Halaman Asli

Masyarakat Marjinal Lingkar KEK Mandalika Butuh Dukungan

Diperbarui: 25 Februari 2022   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menggelar FGD yang akan berkolaborasi dengan ADBMI, LGBS dan komunitas pekerja migran di kawasan KEK Mandalika, sumber :Fathul Rahman

Masyarakat Marjinal Lingkar KEK Mandalika Butuh Dukungan

ADBMI dan LGBS siapkan instrumen identifikasi komunitas pekerja migran lingkar (Kawasan Ekonomi Khusus) KEK Mandalika, Lombok Tengah, NTB. Setelah instrumen disusun, tim akan turun mengidentifikasi calon penerima manfaat program. Program ini didukung oleh SIAP SIAGA.

Yayasan Advokasi Buruh Migran Indonesia (ADMI) dan Lembaga Generasi Bintang Sejahtera (LGBS) akan mengidentifikasi komunitas pekerja migran di lingkar KEK Mandalika. Program yang berkolaborasi dengan SIAP SIAGA yang dilangsungkan di tiga desa yaitu, Desa Tanak Awu, Desa Sengkol, dan Desa Kuta. Desa Kuta merupakan lokasi inti KEK Mandalika, dan dua desa lainnya adalah desa penyangga yang terpengaruh oleh mega proyek KEK Mandalika.

"Program SIAP SIAGA ini merupakan proyek kemitraan dari Indonesia dan Australia untuk kesiapsiagaaan bencana dan upaya penanganan dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19,'' kata Direktur Yayasan ADBMI Roma Hidayat, Senin (21/2/22).

Sebelum turun mengidentifikasi komunitas pekerja migran, Yayasan ADBMI dan LGBS menggelar focus group discussion (FGD) assessment dan penyusunan dabatase profil penerima manfaat. Dalam FGD ini dilibatkan para stakeholder di tiga desa sasaran program. Mereka yang dilibatkan dalam FGD ini adalah kepala desa, karang taruna, PKK, kelompok difabel, tokoh msayarakat, tokoh agama.

"Semua stakeholder yang terkait di desa ikut dalam FGD ini,'' katanya.

Dijelasksan Roma, ada enam kriteria calon penerima manfaat di program ini. Mantan pekerja yang repatriasi dalam 2 tahun terakhir sejak masa Covid-19.  Calon pekerja migran yang sudah mendaftar menjadi pekerja migran di salah satu agen namun belum berangkat karena masih diterapkannya kebijakan lockdown di negeri tujuan (placement country). Kriteria berikutnya keluarga pekerja migran/pengelola remmitance yang anggota keluarganya sedang terjebak lockdown di luar negeri dan tidak bisa mengirimkan uang/remmitance selama pandemi.  Sasaran berikutnya adalah mantan pekerja migran perempuan  yang single paren. Mantan pekerja migran difabel, yang disebabkan oleh kecelakaan kerja juga disasar oleh program ini. Terakhir program akan menyasar keluarga pekerja migran yang memiliki tanggungan keluarga  seperti jompo, difabel, yatim.

"Dalam kondisi pandemi ini, mereka semakin terdampak.  Kehilangan sumber pendapatan, di satu sisi beban bertambah,'' tambahnya.

Dalam program ini, Yayasan ADBMI dan LGBS akan bekerjasama dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) di masing-masing desa. Karena itulah dalam FGD, tim dari BUMDES juga dilibatkan sejak awal. Komunikasi informal juga dibangun untuk sejak awal untuk memantapkan sebelum turun identifikasi.
"Dari hasil diskusi, dari enam kriteria calon penerima manfaat itu, sudah banyak informasi yang kami dapatkan dari teman-teman mitra di lapangan," kata Roma.

Direktur LGBS Syawaludin mengatakan, sejak awal pembangunan di KEK Mandalika banyak masyarakat yang mendapat manfaat. Menjadi pekerja kasar, menjadi staf, atau ada juga yang memasukkan material selama proyek berlangsung. Begitu juga ketika event MotoGP Mandalika 2022, masyarakat juga dilibatkan. Tapi pelibatan itu, menurut Syawal, masih sangat kurang. Bahkan tidak sedikit masyarakat lokal justru tersisishkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline