Lihat ke Halaman Asli

CITRA KUMALAWATY

pekerja keras

Koneksi Antar Materi 3.1.a.9 Pengambilan Keputusan dalam Pembelajaran

Diperbarui: 26 April 2022   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

*           Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah proses menuntun peserta didik kita sesuai kodrat zamannya tanpa meninggalkan kodrat alamnya agar mereka dapat selamat dan bahagia. KHD berpandangan, seorang pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada diri siswa, agar mereka dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak, serta memiliki kemampuan dalam menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri, dan seorang pendidik tidak boleh menuntut apapun kepada peserta didiknya.

Semboyan KHD yang berbunyi ing ngarso sung tuladha yang diartikan  sebagai didepan menjadi panutan ditengah menjadi arahan dan Tut wuri Handayani yang artinya seorang pemimpin mampu memberikan dukungan, arahan, dan semangat kepada siswanya. Berdasarkan hal tersebut di atas guru sebagai pemimpin pembelajaran hanya mengarahkan bagaimana murid berkembang sesuai dengan karakteristik serta minat siswa agar dapat dengan mudah menggali serta mengembangkan potensinya

*           Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap pendidik memiliki nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid, merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika yang dirasa benar seperti jiwa seorang pelajar pancasila. Apabila berada pada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

*           Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya?

Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali potensi yang ada pada diri coachee atau seseorang yang memiliki maupun masalah yang ada dalam diri kita. Dengan menggunakan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Pengambilan keputusan yang tepat dengan resiko yang sekecil-kecilnya terlaksana dengan coaching. Pertanyaan-pertanyaan pematik dan reflektif muncul dalam proses coaching. Pertanyaan tersebut menstimulus kerja otak coachee untuk bekerja secara maksimal untuk menentukan sebuah keputusan yang diambil dari hasil penggalian potensi mereka. Keputusan sendiri yang tepat dan benar sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapi.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih bagaimana cara mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan yang seharusnya dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut dapat saya pertanggungjawabkan kedepannya.

*           Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman

Seorang pendidik yang bertindak sebagai pemimpin pembelajaran di kelas harus bisa mengetahui dan memahami kondisi sosial dan emosional dari siswanya. Selain itu untuk dapat membentuk dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, seorang murid harus mampu menyelesaikan permasalahannya dalam belajar sehingga tidak menjadi dilema bagi mereka untuk sekarang maupun yang akan datang. Seorang pendidik juga penting untuk  memahami aspek sosial dan emosionalnya agar mereka mampu mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana dalam menyelesaikan persoalan pembelajaran baik di kelas maupun di lingkungan sekolah.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline