Lihat ke Halaman Asli

Citra Kumalasari

Profil Pribadi

3.2.a.9 Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Diperbarui: 11 Maret 2022   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sumber daya di sekolah merupakan sebuah ekosistem, karena didalamnya terdapat interaksi antara faktor biotik (murid, guru, tendik, kepala sekolah, pengawas sekolah, orang tua, dan masyarakat sekitar) dan abiotik (sarana, prasarana dan keuangan), seorang pemimpin pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumberdaya dapat diawali dari lingkaran terkecil di dalam sekolah, yakni di dalam lingkungan kelas, di luar kelas/dilingkungan sekolah,  menuju lingkaran yang lebih luas yakni masyarakat sekitar sekolah.

Dalam implementasi pengelolaan sumber daya di sekolah sangat disarankan menggunakan pendekatan berbasis aset (Asset Based Thinking) dan tidak disarankan menggunakan pendekatan berbasis kekurangan (Deficit Based Thinking).  Pendekatan berbasis aset (Asset Based Thinking) adalah pendekatan yang menekankan pada kekuatan berfikir positif untuk mengoptimalkan potensi yang ada, sedangkan pendekatan berbasis kekurangan adalah pendekatan yang berpusat pada kekurangan, apa yang mengganggu, dan apa yang tidak bekerja.

Dari uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa yang dimaksud dengan “Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya” adalah seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mengenali, menggali, menganalisis, dan memetakan potensi sumber daya/ 7 aset utama (modal manusia, sosial, fisik, alam/ lingkungan, finansial, politik, agama dan budaya) daerah/ sekolahnya dengan pendekatan berbasis aset (Asset Based Thinking), selanjutnya memanfaatakan dan memberdayakan asset-aset tersebut seoptimal mungkin untuk mewujudkan perubahan dalam pembelajaran yang berpihak pada murid.

Pengelolaan sumber daya yang tepat akan memaksimalkan peran dan fungsi dari setiap sumber daya sehingga proses pembelajaran murid lebih bervariasi, berdiferensiasi, serta mampu mengorganisasikan kompetensi dan sumberdaya sehingga proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Pengelolaan sumber daya berbasis asset berfokus pada kekuatan atau potensi murid, sehingga respon murid lebih kreatif. Jika hal ini dilakukan secara berkelanjutan dan terukur tentu akan membawa perubahan dan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih bermakna. 

Koneksi antar materi modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya dengan modul-modul sebelumnya sangatlah terkait, dan keterkaitan itu terangkum dalam definisi pendidikan munurut KHD, “ Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat”. Kata-kata kunci dalam kalimat tersebut merupakan keterkaitan antara modul  3.2 dengan beberapa modul yang telah dipelajari sebelumnya. Secara rinci akan kami uraikan sebagai berikut:

  • Anak-anak (Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan KHD): Anak-anak/murid adalah aset yang kita optimalkan untuk didik sesuai kodrat alam dan  kodrat zamannya.
  • Manusia (Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak): Manusia adalah orang dewasa, dalam hal ini adalah guru yang menyadari segala peran dan nilai yang melekat dalam dirinya. Pemetaan aset guru berdasarkan pemahaman terhadap 5 peran (menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, mewujudkan kepemimpinan murid) dan 5 nilai (mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada murid), yang diyakini merupakan aset untuk menuntun tumbuh kembang anak-anak/ murid sesuai dengan potensi yang ada dalam diri mereka. 
  • Mencapai (Modul 1.3 Visi Guru Penggerak): Mencapai disini adalah menacapai cita-cita murid, guru, dan sekolah. Untuk mencapai cita-cita bersama harus ditentukan dulu tujuan yang jelas dan disepakati bersama. Setelah cita-cita bersama disepakati dalam sebuah visi sekolah maka langkah selanjutnya adalah menyusun langkah pencapaian visi dengan melakukan pendekatan inquiry apresiatif (IA) BAGJA dengan memperhatikan 7 aset utama yang ada dan berpedoman pada pendekatan berbasis aset.
  • Mereka (Modul 1.4 Budaya Positif): Mereka adalah murid-murid yang kita didik, dan merupakan asset utama disekolah. Dengan pemetaan berbasis asset akan fokus pada hal-hal positif yang ada dalam diri murid, yang pada akhirnya akan menumbuhkan budaya positif yang mendorong terbentuknya lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif.
  • Kodrat (Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi): Menyadari setiap anak dilahirkan dalam kodrat yang berbeda-beda, dan perbedaan itu sendiri adalah asset yang memperkaya keragaman, maka pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi terbaik untuk memfasilitasi dan menyatukan keragaman dalam bingkai merdeka belajar.
  • Keselamatan (2.2 Pembelajaran Sosial Emosional): Pembelajaran sosial emosional diperlukan agar semua warga sekolah memiliki kemampuan untuk berempati, memiliki kesadaran diri, dan pengelolaan diri yang baik. Dengan demikian upaya untuk mengantarkan murid, guru, dan semua warga sekolah mencapai keselamatan dan kebahagiaan (wellbeing) dapat tercapai.
  • Menuntun (2.3 Coaching): Praktek coaching dilakukan untuk menuntun kekuatan kodrat agar murid, guru, dan semua warga sekolah dapat meningkatkan potensinya. Dengan coaching mereka akan mampu menemukan jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi, mereka juga akan dapat menentukan tujuan yang diharapkan.
  • Maksud Pendidikan (3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran): Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan mempengaruhi pencapaian tujuan maksud pendidikan.  Sebab dalam perjalanannya akan berhadapan dengan situasi dilema etika maupun bujukan moral. Dengan pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, maka seorang pemimpin pembelajaran akan mampu menyelesaikan masalah dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah-langkah pengambilan keputusan. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan pemetaan aset dengan tepat dan dapat diberdayakan secara optimal.
  • Kekuatan (3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya): Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola 7 aset/ modal utama di daerah/ sekolahnya adalah sebuah kekuatan untuk pencapaian tujuan pendidikan yakni mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (wellbeing). 

 

Hubungan antara sebelum dan sesudah saya mengikuti pelatihan terkait modul 3.2 adalah adanya perubahan paradigma baru dalam berfikir dan menghadapi sesuatu hal.  Jika sebelumnya maindset saya fokus pada kekurangan atau masalah yang dihadapi, sekarang maindset saya berfokus pada kekuatan/ aset. Adapun pemikiran yang sudah berubah di diri saya setelah mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini yaitu mulai berfikir untuk berkolaborasi dengan pemangku kepentingan, sebelumnya berjalan sendiri tanpa kolaborasi; mulai membuat program berdasarkan visi-misi dan kekuatan sekolah, sebelumnya membuat proyek/ program untuk memecahkan masalah; mulai berfokus pada aset untuk pengembangan sumberdaya, sebelumnya fokus pada meminta/ mencari bantuan orang lain; mulai membiasakan diri dengan pertanyaan yang memberdayakan seperti “apa yang sudah berhasil?”, “bagaimana strategi agar membuatnya lebih berhasil?”, “apa saja yang kita miliki?”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline