Lihat ke Halaman Asli

Citra Autisimo

Naluri tidak pernah salah, karenanya aku tidak boleh selalu benar.

Suara dalam Seonggok Batu

Diperbarui: 5 Desember 2018   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berujung bait manis tak ada dinanti.  
Kicau pahit tidak pun dirasa. 
Hanya ku lakukan. 
Tiap tetes yang mulai mengering  kerak yang menumpuk.  
Ku lihat,  ku tatap,  sampai tak ku maknai lagi.  
Seperti terbiasa. 

Ranting tak tergenggam,  pandang tertambat,  dada menghampa.  
Terbang entah ke mana. 
Memimpikan surga kecil di sana senantiasa indah.  
Namun tak beranjak badan,  padahal jauh nyawa melayang.  
Engkau tertinggal,  ditinggalkan. 

Bila aku adalah kamu,  kau tak kan tahu siapa aku. 
Semua semu sama.  
Hanya orang bodoh yang menganggap bahwa  setiap berlian berkilau sendiri.  
Dia begitu sederhana.  
Hanya merefleksi sinar yang datang.  
Kata-katamu palsu.

Merendahlah,  sampai tiada lagi yang sanggup merendahkanmu. 
Sahabatku,  Pena.  
Aku bersamamu saat ini.  
Jangan dulu kau habis.  
Ada warna lain yang harus kau tuntun. 

#citra_autisimo

Silent just such a noisy way of words..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline