Lihat ke Halaman Asli

Perkuat Bhinneka Tunggal Ika dalam Segala Perbedaan

Diperbarui: 19 April 2017   22:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Silaturahmi FKUB berlangsung malam ini di Gereja St.Yoseph Kota Kediri dan acara ini juga dihadiri Dandim Kediri, Letkol Arm Joko Setiyo K, M.Si (Han), Sekda Kota Kediri, Budhi Sunu, Danramil Kota, Kapten Inf Harmadi, Kapolsek Kota, Kompol Totok Widarto dan Camat Kota, Herry Purnomo. Silaturahmi ini tidak sekedar pertemuan rutin atau biasa, tetapi sebagai pengikat tali persahabatan dan persaudaraan dalam ruang lingkup kerukunan antar umat beragama, rabu (19/04/2017)

"Gerakan pembaruan terhadap kepedulian lingkungan hidup, harus dimulai dari kesadaran umat manusia kepada kondisi lingkungan yang ada disekitarnya. Kepedulian terhadap lingkungan hidup sama halnya menjaga kelangsungan hidup manusia yang hidup berdampingan dengan alam ,dan keterkaitan ini sudah menjadi bagian dari perjalanan hidup manusia," kata Romo Tri Sunaring dari Paroki St. Yoseph.

Selain Muspika Kota Kediri, sejumlah tokoh agama yang tergabung dalam FKUB juga hadir, antara lain Ketua FKUB kota Kediri, H.Salim, KH.Anwar Iskandar (Islam) ,Romo Karyono (Kristen Katolik) ,Pdt. Timotius Kabul (Kristen Protestan), Suhendro Prasodjo (Budha) ,Komang Yudhayana (Hindu) ,Prayitno (Konghuchu) dan Partono (Penghayat).

"Sebagai warga negara Indonesia, kita harus saling menjaga keBhinnekaan diantara segala perbedaan, karena keberagaman juga merupakan bagian dari perjalan bangsa yang tidak mungkin dihilangkan. Saling menghormati dan menghargai antar umat beragama, harus diletakkan diatas segala perbedaan, agar persatuan dan kesatuan bangsa ini tetap terjaga," tegas K.H.Anwar Iskandar.

Sebelumnya, paguyuban karawitan Dwija Frada Laras melantunkan gending-gending jawa berirama religi dan lagu daerah yang diperdengarkan bagi tamu undangan yang hadir di temu silaturahmi ini. Paguyuban karawitan Dwija Frada Laras sendiri merupakan hasil buah pembinaan dari paroki St. Yoseph yang terdiri dari anak-anak yang masih berusia dibawah 14 tahun. Kendati masih berusia belia, kemampuan skill dan kekompakan menggunakan gamelan jawa, dapat bersaing dengan mereka yang sudah berusia dewasa.

"Budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah umat manusia di bumi, jadi tidak relevan kita mengabaikan budaya yang sudah melekat di tiap-tiap bangsa. Identitas suatu bangsa juga bisa dilihat dari budaya yang ada ditengah-tengah masyarakatnya, dengan melestarikan budaya berarti kita mampu mempertahankan asal usul dan sejarah bangsa kita," jelas Prayitno.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline