Waktu itu September terakhir, kala kita berlari kecil mengejar jadwal bus
Tangan kita sama-sama tegang akan sebuah perpisahan di depan mata
Berkali-kali matamu mencari dari balik kaca, melambai menyemangati
Aku membalas, meneguk pahit akan nyata tak diharap
Lalu kita beriringan dalam bus keluar terminal, sungguh lucu seperti adegan sinetron
Ketika arahmu beralih ke kiri, aku paham ini sungguh terjadi
Asa malam itu ketika kulihat jarak mendekat kini telah jadi uap
Lagi-lagi, siasat jam mengkhianati kita, detiknya bertalu-talu ukirkan jeda yang entah
Kupandang maps dan terhantam pilu, "Mas, kita jauh lagi sekarang."
Setelah itu semua kembali ambigu, dalam rindu dan sendu yang terjebak waktu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H