Lihat ke Halaman Asli

Hujan dan Impian

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

.

Hujan seharian…

bulirnya satu-satu jatuh dalam selokan

ada yang duduk di sana sendirian

.

Seorang Pedagang burung tampak murung

Niatnya membelikan sepatu anaknya jadi urung

Langit selama ini hari begitu mendung

Siangnya menebar air bergulung-gulung

.

Hujan membasuh impian

seorang anak kecil dan sepatu usang ,

tak mau sekolah ia malu jadi bulan-bulanan

“Ayah, mau kah kau belikan sepatu baru?”

terbit air matanya.

.

Sang Ayah sedari pagi menjajajakan dagangannya

Ayahnya adalah seorang pedagang burung

hari itu ia tampak murung

niatnya membelikan sepatu anaknya jadi urung.

Bukan ia tak senang kemarau dibayar hujan seharian

bagaimana anaknya sekolah, itu yang dia pikirkan.

.

Sebual mobil mewah melibas genangan,

membasahi pedagang burung itu.

“Bahagialah kamu yang berpunya

panas atau mendung bagimu adalah kidung

sementara lagu bagiku adalah doa yang terlantun

mensyukuri musim berganti berharap sebaris rejeki.”

katanya menahan gigil.

.

Untuk anakku,

untuk anakku,

ia sebut dalam hati.

Berharap hujan segera berhenti,

sebelum gelap jatuh, malam mengganti.

.

*****

.

CR 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline