Lihat ke Halaman Asli

pulau berhala

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ini kali kedua saya menulis dikompasianakali ini saya kembali dengan menceritakan liburan lebaran sebelum memasuki semester 3 .seperti biasa sebagai orang setengah jambi , saya dan keluargapun berlebaran di jambi. Lebaran di jambi memiliki keunikan tersendiri dibandingkan di jawa , dimana sebagian besar masakan didominasi dengan santan dan ketan. Menu favorit saya yaitu malby , sebagian orang menyebutnya demikian dan di jambi kami menyebutnya “masak itam” karena warnanya yang hitam , kelak saya akan diwariskan oleh nenek saya bumbu masak itam yang juara sekali rasanya , teksturnya mirip sekali dengan rendang dan biasnya menggunakan hati sapi, berhubung saya pembenci hati dari semua hewan maka menu ini diganti dengan daging sapi,dan malby atau masak itam ini memiliki rasanya manis dan tidak membuat eneg. Pokoknya sekali cicip anda pasti tergiur dengan masakan khas sumatra ini.

Libur lebaran lumayan panjang dan saya selalu tertarik dengan bangunan tua nan klasik maka kami mengunjungi beberapa rumah tua dan berhubung di jambi tidak ada pantai atau laut , maka kami akan berlibur ke pulau berhala. kalau di cek di google sekilas pantai ini mirip dengan pantai yang ada di bangka karna banyak batu granitnya , lautnya biru dan pasirnya putih , sangat cocok dengan saya yang suka sekali dengan pantai , tanning sedikit tak apaa , asal bisa menghirup bau pasir yang khas dan angin darat yang segar. Perjalanan dimulai dengan menempuh jalur darat selama 2 jam . sepanjang perjalanan yang saya lihat hutan duku oh iya di jambi terkenal dengan dukunya yang manis ,hutan produktif ini dinamakan kebun duku kumpeh .

setelah melewati kebun duku , kami melakukan wisata rohani ke makam putri mayang mengurai , dan makan siang di areal tersebut , makam ini dekat sekali dengan sungai batanghari , sungai kedua terpanjang di sumatra. Perjalanan kita lanjutkan ke pelabuhan kuala tungkal.kami menaiki perahu yang minim keamanannya ,perjalanan sungguh menegangkan karna kali pertama saya menaiki kapal yang berasal dari kayu dan melewati laut cina selatan , perubahan warna air , arus dan udara saya lihat dengan seksama , alhamdulillah kami sekeluarga besar sampai ke pulau berhala dengan selamat, dan sungguh fantastisnya pada saat turun kapal kami harus memanjat buritan karena tangga yang ada di buritan tersebut tidak terjangkau oleh kapal. Lalu kami menuju ke pondokan-pondokan disana , dan beristirahat dengan cukup , singkat cerita subuh kami mengelilingi areal pantai yang sugguh indah sekali , sayang pantai ini tidak bisa dipakai berenang sekedar mencelupkan kaki saja , sebagai penderita asma saya langsung mengambil posisi diatas batu untuk menghirup udara pantai yang bagus untuk pernafasan , pagipun tiba dan sangat indah sekali pemandangannya kami bermain dan berkejar-kejaran di pantai seperti pantai pribadi , maklum pantainya masih “virgin” dari turis asing dan lokal karena hanya orang-orang tertentu yang bisa kepulau berhala ini.

Saya tidak mandi dipantai tersebut karena lebih enak memandangi pantai tersebut. suasananya yang tenang membuat saya betah disana , lalu selanjutnya kami berjalan-jalan ke provinsi sebelah yaitu kepri atau kepulauan riau ternyata pulau ini dimiliki oleh dua provinsi , dan lebih terurus dan lebih banyak pendududuknya dibandingkan dengan yang ada di provinsi jambi, kabupaten tanjung jabung timur yang bupatinya zumi zola ini J .kami mengunjungi makam orang pertama yang menyebarkan islam di jambi yang kebetulan berada di pulau berhala.

setelah puas berkeliling di provinsi sebelah kami makan siang dengan kakap putih , enak sekali pembaca . karena segar dan langsung dari laut. Ah bersyukur sekali indonesia memiliki kekayaan hayati yang tak ternilai harganya , seharusnya remaja sekarang mencintai museum bukannya mall hehehe. Lalu menjelang tengah hari kamipun pulang menuju jambi melalui jalur laut-sungai.ombak laut cina selatan mengganas , kapal kami terombang-ambing dilautan. Sejauh mata menandang yang kami lihat hanya lautan saja ,berkomat-kamit mulut ini menyebut asma Allah swt. Saya bertiga dibelakang bersama sepupu saya , sedangkan anak-anak ditengah didalam dek kapal, dan saya tertidur , lanunan ombak yang berada di atas kapal ini membuat saya mengantuk , sayapun tertidur karena sudah capai berteriak ketakutan.suasana dikapal riuh dan ada beberapa yang menangis, tapi kami berusaha untuk tenang , dan menyebut asma allah semata, tanpa life vest saya hanya memeluk obat saya dan tertidur bersama sepupu-sepupu saya dibelakang, sedangkan bapak-bapak didepan didepan ditutup karena basah akan ombak , Cuma adik saya yang paling ganteng aldi dengan lempengnya duduk di depan jendela dek tengah sambil memakan camilan tanpa rasa takut sama sekali. Banyak yang mual-mual dan mabuk laut, saya hanya bisa tidur karena kalau saya banguntentu saya akan bernasib sama dengan mereka.

mesin sempat dimatikan selama perjalanan sebentar saya berteriak dan nahkoda tau yang terbaik hal ini dikarenakan kalau mesin hidup dan kami terus melawan arus maka kapal akan pecah akibat tekanan yang sama-sama bermuatan tenaga. Lalu hal ini bisa dikendalikan dengan baik , setelah di aduk-aduk dengan ombak navy blue itu warna air laut pun berubah dan kami bertemu dengan burung-burung pelikan (kalo tidak salah) yang menemani selama perjalanan di air laut berwarna zambrud ,lama kelamaan kami berada di air payau dan berakhir di muara sungai batanghari semburat jingga keluar dari ufuk barat indah sekali dan semua yg di dek kapal langsung melihat sekitar karena di sungai tidak ada arus yang deras, setelah sampai ke daratan alhamdulillah sekali kami bisa sampai ke pelabuhan dengan selamat dan tidak kurang suatu apapun. Kamipun melanjutkan perjalanan ke arah kota jambi melewati jalanan yang bahkan gps pun tak menemukannya jalan cukup berat dan hardcore karna tanah , beruntung sekali tidak hujan. Selama perjalanan kami mengucap rasa syukur kami kepada Allah swt. Karena kami bisa kembali dengan sehat wal-afiat . mobilpun melaju dengan pelan ke kota angso duo itu.

Perjalanan yang tak akan saya lupakan seumur hidup saya , menaiki kapal pompom melewati ombak 2.5 meter yang saya lihat di tv pada saat dirumah merupakan pengalaman yang berharga di hidup saya , dimana kita sebagai manusia hendaklah jangan menyia-nyiakan hidup karena betapa berharganya yang anda miliki sekarang dan banyak orang diluar sana yang bahkan memiliki salah satu diantaranya pun tidak , pelajaran yang saya petik dari perjalanan ini bahwa maut itu bisa dimana saja dan maut itu dekat dengan kita , pandai-pandailah kita mensykuri semuanya. Akhirul kata assalamualaikum wr.wb J

Oiya tambahan pulau berhala bisa jadi rekomendasi untuk mencari ketenangan dan surfing loh , destinasi wajib bagi anda yang suka dengan tantangan seperti yang saya ceritakan , dan hanya bulan-bulan tertentu kita bisa kesana.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline