Kabupaten Ciamis merupakan kabupaten yang kaya akan situs sejarah dan budaya yang patut dibanggakan. Pemkab Ciamis mencatat setidaknya ada 1.117 situs yang tersebar di sejumlah desa. Hal itu perlu dilestarikan dan dikembangkan sehingga Ciamis yang merupakan kota budaya akan semakin dikenal luas. Salah satu tradisi budaya yang dimiliki Kabupaten Ciamis adalah Nyiar Lumar.
Nyiar Lumar merupakan tradisi dua tahun sekali yang berlangsung di Kecamatan Kawali. Acara ini digelar di Situs Astana Gede dan halaman kantor Kecamatan Kawali. Event yang bernuansa tradisi ini telah diselenggarakan sejak tahun 1998. Bukan sekedar event, mulanya Nyiar Lumar lahir dari gerakan yang merupakan bentuk respon mengenai sangat terbatasnya ruang publik di Kabupaten Ciamis saat itu. Sementara itu, di Kabupaten Tasikmalaya telah berdiri gedung kesenian. Mendengar hal itu, sastrawan Sunda yang bernama Godi Suwarna bersama sejumlah seniman di Ciamis memilih untuk mengadakan acara kesenian alih-alih mendesak pemerintah untuk membangun gedung kesenian. Acara tersebut kemudian diberi nama Nyiar Lumar oleh Godi Suwarna.
Di tengah situasi politik yang memanas, saat sebagian orang terutama mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran menuntut Soeharto mundur, Godi Suwarna dan sejawatnya dari Teater Jagad justru mengajak orang-orang untuk berkontemplasi ke Astana Gede, tempat dimakamkannya raja-raja Galuh. Pihaknya memilih untuk merenungi perjuangan leluhur Sunda dalam mempertahankan berdirinya Kerajaan Galuh meski rajanya gugur pada Perang Bubat.
Adapun Nyiar Lumar sendiri berasal dari dua kata dalam bahasa Sunda, yakni nyiar artinya mencari dan lumar adalah sejenis jamur yang tumbuh di tunggul pohon bambu serta tampak bercahaya pada malam hari. Sejalan dengan dua asal kata tersebut, Nyiar Lumar memiliki makna berjalan mencari cahaya kebenaran dalam mengarungi kehidupan. Artinya manusia harus berjuang untuk mencari kesejahteraan dalam hidupnya.
Rangkaian acara Nyiar Lumar diawali pada pagi hari dengan helaran berbagai macam kesenian mengelilingi kota kecamatan Kawali. Menjelang sore, para tamu berkumpul di lingkungan pendopo Kecamatan Kawali sembari disuguhi hidangan juga dipertontonkan berbagai macam kesenian. Pada malam hari, pencahayaan di sekitar lokasi acara mengandalkan oncor (obor bambu) dan damar sewu (rangkaian obor bambu). Pantun rajah yang berisi uraian sejarah Kerajaan Galuh menjadi pembuka prosesi utama Nyiar Lumar yang disebut dengan ngaraas. Para peserta menempuh perjalanan sejauh kira-kira satu kilometer dengan arak-arakan obor melintasi jalan setapak, pesawahan, dan melintasi bebatuan sungai Cikadongdong. Di sepanjang perjalanan menyusuri Astana Gede, sesekali dijumpai panggung pertunjukan. Setelah tiba di Pasanggrahan, anak-anak sekolah atau mahasiswa akan mementaskan teater kolosal mengenai Palagan Bubat. Ronggeng Gunung Bi Raspi menjadi penutup Nyiar Lumar. Pengunjung turut menari mengitari api unggun bersama penari ronggeng.
Nyiar lumar adalah upaya manusia untuk mengenal dirinya sendiri melalui jejak-jejak sejarah dengan mencari cahaya masa lalu demi bekal hidup di masa yang akan datang. Di Astana Gede terdapat peninggalan berupa batu tulis, berisi wangsit karuhun (leluhur) yang masih tetap bermakna untuk bekal mengarungi kehidupan. Astana Gede merupakan wilayah sakral bagi Kerajaan Galuh, ditemukan beberapa prasasti dan Batu Palinggih (tempat dilantiknya raja Galuh). Selain itu, ada juga batu tempat disemayamkannya abu jasad putri Diah Pitaloka (Dewi Citra Resmi) dan Prameswari serta Prabu Lingga Buana, yang gugur pada palagan Bubat sekitar tahun 1357.
Tradisi Nyiar Lumar sarat akan pesan ekologis untuk mendekatkan kembali diri dengan alam. Secara tersirat, Nyiar Lumar dapat diartikan perjalanan kontemplatif merenungi akar-akar kehidupan. Dengan menjalani hidup yang kontemplatif, siapa saja dituntun untuk berdamai dengan penderitaan dan mencari jati diri. Hal itu tercermin dalam sejarah Perang Bubat, tidak adanya pembalasan dendam dari pihak Kerajaan Galuh. Bahkan Prabu Niskala Wastu Kancana yang merupakan putera dari Prabu Linggabuana yang gugur di Bubat berhasil menciptakan masa keemasan bagi Kerajaan Galuh.
Kegiatan yang digagas Teater Jagat Kawali dan Studio Titik Dua Ciamis tahun 1998 silam ini telah menjadi hajatan tidak hanya bagi para seniman dan budayawan, kegiatan ruwatan ini pun menjadi daya tarik bagi masyarakat umum dan mampu menyedot animo seniman dari luar daerah seperti Bali, Tasikmalaya, Garut, Subang, dan daerah lainnya. Karena memang awalnya hanya untuk komunitas terbatas pelaku kebudayaan. Namun, seiring waktu bergabunglah kelompok lain termasuk Pemkab Ciamis. Lantaran konsepnya unik dan khas, Nyiar Lumar sukses mejadi gelaran budaya yang mampu menyedot perhatian banyak orang. Nyatanya, acara ini berawal dari kegiatan sederhana Teater Jagad yang mengadakan pementasan di hutan.
Beberapa kesenian Sunda sudah mulai terasing bagi masyarakat Jawa Barat. Dengan diselenggarakannya gelaran Nyiar Lumar tentu memberi ruang bagi kesenian Sunda untuk dipromosikan seperti Genjring Ronyok, Bangreng, Tutunggulan dan Ronggeng Gunung Bi Raspi. Selain itu, generasi muda juga turut diberi ruang untuk mementaskan berbagai kesenian Sunda saat ini dalam bentuk teater, pencak silat, pembacaan puisi, fiksimini bahasa Sunda, karinding, terebang, calung dll. Nyiar lumar menjadi ruwatan kesenian untuk menapaki sejarah Kerajaan Galuh dan reaktualisasi kesenian lokal sehingga nilai-nilai kearifan lokal semakin kental dalam diri masyarakat Sunda.
nah guy, diatas adalah seputar informasi mengenai tradisi nyiar lumar yang merupakan salah satu tradisi masyarakat sunda, semoga ini bermanfaat bagi semua nya :)
Referensi: