Lihat ke Halaman Asli

cipto lelono

TERVERIFIKASI

Sudah Pensiun Sebagai Guru

2 Unsur Kepribadian Ini Menjadi "Tolak Balak" Ketika Pendidikan Keluar dari Falsafah Bangsa

Diperbarui: 20 November 2024   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi guru sebagai pencerah pikiran dan hati siswa. | Sumber:  gurumulia.org

Ilustrasi guru sebagai pencerah pikiran dan hati siswa. | Sumber:  gurumulia.org

Kualitas pendidikan itu bersemayam di hati guru, bukan disebabkan oleh sering bergantinya kurikulum. Sebab inti sari kurikulum apapun adalah terjadinya perubahan sikap siwa baik intelektual, emosional maupun spiritualnya. Pergantian kurikulum hanya modifikasi tentang stategi maupun pendekatan untuk mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi ketercapaian tiga ranah tersebut.

Mengapa kualitas pendidikan bersemayam di hati guru? Sebab pada hakikinya guru adalah penyuluh dan penerang pikiran dan hati siswa. Maka ketika pendidikan salah arah atau salah orientasi yang berdampak keluar dari falsafah bangsa kita, selama masih mempunyai guru yang mempunyai "hidden Curicullum" yang kokoh, masih bisa menyelamatkan generasi bangsa.

Sehingga menyiapkan guru sesungguhnya lebih penting dibanding menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan. Media elektronik itu penting, bangunan sekolah yang representatif itu penting, perpustakaan sekolah yang lengkap itu juga penting. Namun semua itu menjadi tidak bisa berfungsi maksimal ketika guru tidak merasa membutuhkan semua itu.

"Tolak Balak" Pendidikan Yang Keluar Dari Falsafah Bangsanya 

Seiring dengan dinamika sosial-global yang terjadi, pendidikan kita dapat terpegaruh dengan anasir-anasir sosial, budaya bahkan ideologi dari luar yang belum tentu semua sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Pergaulan bebas, sekulerisme, transgender, homoseksual, komunisme adalah fenomena global yang bisa saja berpengaruh dalam proses pendidikan kita. Maka guru dituntut waspada, cermat dan antisipatif terhadap bahaya berkembangnya fenomena-fenomena di atas.

Pendidikan Indonesia adalah pendidikan yang harus berakar pada falsafah bangsa kita. Falsafah bangsa yang harus diinternalisasikan dalam proses pendidikan adalah nilai-nilai Pancasila yaitu ideologi bangsa yang mengakui eksistensi Tuhan, menuntun warga negara menghargai harkat dan martabat manusia, mendorong warganya mencintai persatuan, mengedepankan musyawarah mufakat, serta menjunjung tinggi keadilan.

Oleh sebab itu guru juga dituntut mempunyai kesadaran tinggi dalam memerankan diri sebagai agen perubahan di tengah para siswanya. Perubahan yang dilakukan melalui proses pembelajaran harus tetap didasarkan pada falsafah dan budaya bangsa.  

Maka pemerintah dalam membenahi kualitas pendidikan perlu memprioritaskan pembenahan pada guru pada pemahaman secara utuh tentang falsafah dan budaya bangsa yang bersumber dari dasar negara kita yaitu Pancasila. Pembenahan dilanjutkan dengan kompetesinya maupun kesejahteraannya.

Kemudian, aspek kepribadian apa saja yang dapat menjadi "tolak balak" agar pendidikan tidak keluar falsafah bangsanya?. Setidaknya ada dua unsur kepribadian guru yang dapat dijadikan tolak balak yaitu spirit guru yang tinggi dan kesadaran guru sebagai hamba Tuhan.

1) Spirit guru

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline