Dinasti Sanjaya telah banyak mengukir jejak peradaban di wilayah Magelang sekitar. Salah satunya adalah situs Liangan yang disebut-sebut oleh para ahli sebagai kampung peradaban peninggalan Mataram Kuno. Situs ini terpendam material pasir dan bebatuan dari letusan gung Sindoro sedalam +8 m. Mulai terkuak tahun 2008 oleh penambang pasir. Penulis sempat beberapa kali menikmati keindahan situs ini. Dari kondisi awal di mana banyak situs yang masih terpendam, sampai tersusunya pagar, yoni tiga lubang (di halaman 1), pagar, candi Patirtan yang ada di halaman 3.
Kondisi pagar tersebut sekarang sudah nampak tersusun rapi, sehingga menambah pesona tata kehidupan masyarakat Mataram Kuno pada masa tersebut. Selain pagar, kondisi sekarang sudah diketahui adanya bangunan candi, pagar candi, talud pagar, talud tebing, bahkan candi patirtan.
Melihat sebaran temuan situs yang ada, situs Liangan merupakan peninggalan dinasti Sanjaya yang masuk kategori besar. Liangan bukan percandian seperti biasanya, namun diduga kuat merupakan prototipe "kampung peradaban" pada masa Mataram Hindu. Kampung ini merupakan contoh nyata tata kehidupan masyarakat yang hidup secara komunal berdasarkan nilai dan norma yang telah disepakati.
Kampung Peradaban
Berdasar hasil penelitian Balai Arkeologi Yogjakarta dapat diketahui bahwa situs Liangan merupakan kampung peradaban peninggalan Mataram Kuno. Berdasar temuan benda-benda purbakala yang ada, dapat diketahui bahwa situs Liangan bercorak Hindu. Selanjutnya terpendam material vulkanik gunung Sindoro belasan meter, dan baru mulai terkuak sejak 2008.
Berdasar temuan benda-benda purbakala yang ada juga disimpulkan bahwa situs Liangan bukanlah kompleks candi, namun merupakan suatu kampung dengan tata nilai yang sudah teratur dan terintegrasi baik secara social, ekonomi, budaya maupun religi dengan mendepankan konsep teknologi yang tinggi. Istilah "kampung peradaban" ini digunakan barangkali sebagai gambaran adanya tatanan kehidupan masyarakat desa pada masa Mataram Kuno yang sudah memiliki tata kelola kehidupan yang sudah tertata secara terintegrasi dalam berbagai bidang.
Sebutan tersebut mengindikasikan kampung yang ada di situs Liangan mempunyai karakteristik yang tidak sama dengan kampung-kampung di luar Liangan. Maka sebutan kampung peradaban mengindikasikan adanya kekhususan baik secara relasi keruangan maupun dalam konteks kehidupan social, ekonomi, budaya dan relegi, maupun pengembangan teknologi.
Sebagai satu kesatuan ruang, situs Liangan mempunyai tiga area yaitu area peribadatan, area hunian dan area pertanian. Temuan struktur bangunan sebagai temuan hasil penelitian oleh Tim Peneliti Balai Arkeologi Yogjakarta tahun 2013 dipetakan dengan diberi kode angka romawi I sampai XXI. Struktur bangunan sebagai salah satu bentuk formasi keruangan situs Liangan secara detil dapat dilihat sebagai berikut: