Lihat ke Halaman Asli

cipto lelono

TERVERIFIKASI

Sudah Pensiun Sebagai Guru

Peran Guru dalam Menyangga 5 Ciri Kurikulum Berkualitas Ala Pembelajaran Berdiferensiasi

Diperbarui: 15 September 2022   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi guru sedang mengajar di kelas. Sumber: Diana Indrawati via Kompas.com

Memahami ciri kurikulum berkualitas bagi guru adalah penting. Sebab langkah tersebut mendorong guru untuk bisa beradaptasi dengan tuntutan kualitas masing-masing kurikulum. Secara teknis kurikulum merdeka menampilkan ciri kualitas kurikulumnya melalui konsep pembelajaran berdiferensiasi. Secara garis besar, esensinya tidak berbeda jauh dengan kurikulum sebelumnya (2013). Namun karakteristik kualitas kurikulum merdeka lebih ditampakkan pada proses pembelajaran berdiferensiasi. 

Pembelajaran berdiferensiasi memang menjadi ujung tombak implementasi kurikulum merdeka. Sebab kurikulum merdeka lebih memosisikan peserta didik sebagai subyek yang memiliki keunikan yang perlu dikembangkan sesuai keunikannnya. 

Walaupun tidak bisa secara individual, namun secara implementataif menuntut guru pada keragaman peserta didik yang terdiri dari kesiapan belajar, minat dan profil (gaya belajar). Ketiga hal ini yang wajib dipahami guru dalam memberikan layanan pembelajaran berdiferensiasi. 

Terdapat 5 ciri kurikulum berkualitas ala kurikulum merdeka melalui proses pembelajaran berdiferensiasi. Kelima ciri tersebut antara lain:

1) Memiliki tujuan yang jelas

Ciri pertamanya adalah memiliki tujuan yang jelas yaitu berorientasi pada peserta didik. Mengingat inspirasi kurikulum merdeka adalah Ki Hajar Dewantara, maka tujuan yang digariskan dalam kurikulum merdeka melalui pembelajaran berdiferensiasi adalah menjadikan peserta didik sebagai subjek pembelajaran yang mempunyai keunikan. Maka pembelajaran harus dirancang dengan memperhatikan keunikan peserta didik agar mereka dapat mengembangan kreativitasnya dan mengenali potensi diri sejak dini.

Oleh sebab itu peran guru dituntut dapat memberikan pemahaman tentang materi pelajaran yang ada di benak peserta didik, sehingga pada saatnya dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Maka langkah guru meminta peserta didik menghafal materi tanpa sinergi dengan langkah-langkah yang eksploratif, sudah tidak dibenarkan. 

Sehingga intensitas metode ceramah harus banyak dikurangi. Menurut penulis, ceramah digunakan sebagai upaya memahamkan dan menekankan konsep materi yang sedang dibahas oleh guru bersama peserta didik agar tidak salah konsep.  

Di lain pihak, guru juga dituntut memahami teori belajar konstruktivisme. Sebab pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran berdiferensi adalah konstruktivisme. Suatu pendekatan yang meyakini bahwa peserta didik sudah mempunyai pengetahuan (walaupun masih minimal, berserakan) tentang materi pelajaran yang dibahas guru. Sehingga tugas guru adalah menyusun kembali pengetahuan yang sudah ada (mengkonstruk) agar bisa tertata dengan baik, sistematis, maksimal dan mendalam.

Sumber: https://naikpangkat.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline